Masalah Utama Gorengan Bukan Di Minyaknya
Gorengan! Teknik kuliner yang banyak sekali digunakan. Penggemarnya pun juga banyak. Menu makan berat hingga makanan ringan teman sarapan, sahur hingga buka puasa, semua ada versi gorengannya. Di sebuah komunitas sosial media yang peduli pada masalah kesehatan, seseorang memuat foto menu nasi, tempe goreng dan seonggok lalapan sayuran segar. Contoh pilihan menu yang sederhana dan baik untuk dicerna. Tidak ideal, bisa jadi, tapi lumayan. Tapi tidak lama kemudian muncul kalimat yang mengomentari foto tersebut. Menanyakan kondisi minyak yang digunakan untuk menggoreng tempe tersebut. Pertanyaan yang sebenarnya tidak terlalu salah kalau dikaitkan dengan kondisi kurang ideal menu yang ditampilkan.
Pertanyaan selanjutnya yang kemudian menjadi salah. Penanya mempersoalkan apakah minyak tersebut sudah berkali-kali dipergunakan untuk menggoreng? Bahwa lebih baik menggoreng sendiri makanan gorengan. Kenapa salah? Lebih ke sisi esensi yang tidak pada tempatnya. Bahwa sejatinya semua makanan yang sudah melalui proses pemanasan, entah digoreng, dibakar, atau bahkan direbus serta dikukus, sejatinya telah mengalami kerusakan.
Benar bila mempersoalkan kualitas minyak yang digunakan menggoreng, dalam kondisi ideal. Bila Anda masak sendiri di rumah semisal. Tapi bagi orang yang mengandalkan makanan sehari-harinya dengan makanan yang dibeli di rumah makan, warung atau sekedar tukang pinggir jalan semisal, isu ini rentan melencengkan upaya hidup sehat menjadi sebuah upaya yang menyulitkan.
Di sini gunanya kita memahami masalah secara mendasar. Mengetahui apa yang terjadi? Memperbaiki apa yang bisa diperbaiki? Menyederhanakan sesuatu agar mudah dilakukan.
Apapun Yang Dipanaskan Akan Mengalami Kerusakan
Kita harus kembalikan masalah ini secara proporsional ke masalah yang paling mendasar. Apapun yang bersentuhan dengan oksigen akan mengalami kerusakan di level molekul dan sel. Tulisan saya tentang itu bisa dibaca di sini. Fenomena sederhana ini umumnya sudah dikenal secara umum, ingat sebuah apel saat baru dibelah dagingnya berwarna putih bersih? Didiamkan beberapa saat terkena oksigen ia akan berangsur menjadi cokelat. Di sini oksigen sedang merusaknya dengan proses oksidasi. Dalam kasus menggoreng, oksigen menjadi penentu utama sangat vital karena api, elemen utama, yang digunakan untuk memanaskan identik dengan keberadaannya. Tanpa oksigen, api akan langsung mati seketika. Dengan demikian menggoreng, apapun jenis minyak yang digunakan, pada prinsipnya memberikan efek merusak sel pada jenis makanan yang sedang diproses. Perhatikan tempe, tahu, tepung, ayam, atau apapun yang lazim digoreng, di awal ia berwarna putih setelah digoreng ia akan berubah menjadi cokelat keemasan.
Makanan yang digoreng adalah makanan teroksidasi, saat ia masuk ke dalam tubuh, ia akan menjadi substansi berpotensi yang aktif merusak sel-sel tubuh. Semakin banyak makanan gorengan Anda konsumsi, semakin banyak kemungkinan sel tubuh akan mengalami kerusakan melebihi batas normal. Hampir semua orang mengenal istilah radikal bebas, tapi tidak semua orang paham apa yang dimaksud. Makanan teroksidasi masuk dalam tubuh adalah manifestasi dari perusakan oleh radikal bebas tersebut.Itu sebabnya salah kaprah yang umum terjadi adalah mengira bahwa perusakan makanan yang digoreng terletak pada minyak yang digunakan. Bahwa minyak-minyak jenis tertentu aman dikonsumsi. Minyak yang digunakan menggoreng di rumah relatif aman, karena hanya digunakan 1-2 kali, sebelum dibuang. Realitanya? Kerusakan oksidasi tetap terjadi, apapun jenis serta kondisi dari minyak yang digunakan.
Bukan Masalah Minyak Apa Yang Digunakan
Memang memilih jenis-jenis minyak tertentu relatif bisa mengurangi efek merusak dari menggoreng. Semisal menghindari pemakaian minyak yang terhidrogenisasi atau minyak sayuran yang disulap menjadi lemak padat. Untuk isu mengurangi ancaman sejenis lemak yang biasa disebut dengan istilah trans fat. Yang ditengarai memberikan ancaman penumpukan kolesterol jahat, penyumbatan saluran darah ke organ vital, dan lain sebagainya. Tindakan ini sama sekali tidak salah.
Menghindari pemakaian minyak jelanta, atau minyak yang digunakan berulang-ulang hingga menjadi berwarna gelap kecoklatan, jelas memberikan kontribusi positif dari akumulasi masalah yang bisa ditimbulkan. Minyak demikian relatif sarat juga dengan kolesterol jahat yang mengancam kesehatan. Atau beberapa pihak juga menghindari pemakaian minyak demikian dengan anggapan ia akan dikonversi tubuh menjadi tumpukan lemak di pinggang atau perut yang bisa menambah berat badan.Paham seperti ini umum sekali terjadi di masyarakat, tapi apa lacur kegunaannya jauh panggang dari api. Sering ditemui seseorang menghabiskan uang belanja banyak untuk membeli minyak goreng dari buah zaitun murni, biji-bijian alami dan sejenisnya, yang berharga selangit. Ada lagi yang lebih konyol, mengkonsumsi gorengan dengan terlebih dahulu memeras makanan tersebut menggunakan kertas tisu, mengira minyak yang berbahaya bisa diserap dan membuat tubuh aman.
Kenyataannya? Tetap saja ancaman tekanan darah tinggi menghampiri. Atau kulit mengusam serta menua lebih cepat dari semestinya tidak bisa dihindari. Ini karena sejatinya terjadi salah paham dari apa yang secara fundamental merusak. Perhatian justrul lebih diberikan kepada hal yang datang belakangan dan nilai mengancamnya tidak seberapa signifikan.
Meminimalisir Kerusakan
Sebearnya tubuh memiliki mekanisme pertahanan yang baik untuk mengatasi kelebihan lemak yang diberikan dari makanan digoreng berlebihan, mulai dari rasa mual, sebah atau kembung yang membuat kita segera menghentikan konsumsi makanan atau setidaknya jera untuk tidak melakukan lagi. Ada juga yang sensitifitasnya terletak pada rasa tidak nyaman pada kerongkongan pasca mengkonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak kualitas rendah.
Bila ini terjadi, sel-sel pembentuk pembuluh darah akan aman dari ancaman menggetas, tidak ada alasan bagi tubuh melumasinya dengan kolesterol jahat. Problem darah tinggi tidak akan menghampiri. Contoh positif lain, kerusakan sel pembentuk kulit yang bisa ditekan faktor kerusakanya, membuat Anda memiliki kulit wajah serta tubuh yang terus elastis dan tidak mudah rusak. Akibatnya banyak pihak mengira Anda lebih muda dari usia sesungguhnya.
Tidak mengapa Anda mengkonsumsi makanan digoreng seperti tempe. Pastikan Anda mengkonsumsinya dengan seabreg sayuran segar sebagai penyerta. Bisa berupa lalapan atau makanan pendamping seperti semangkuk salad. Sayuran kaya akan antioksidan yang bisa menekan pengrusakan radikal bebas yang dibawa makanan teroksidasi akibat digoreng. Pelaku pola makan sehat #FoodCombining juga punya kebiasaan sarapan buah segar di pagi hari, yang bisa menyumbang antioksidan yang membuat tubuh kecukupan.Mengurangi makanan digoreng jelas merupakan tindakan positif bagi kesehatan. Tapi alasannya harus jelas. Bukan karena alasan yang salah. Karena tindakan pencegahan yang diambil berdasar alasan yang salah, seringnya akan berujung sia-sia. Penyakit tetap saja berdatangan. Lalu hidup sehat terkesan sulit serta mustahil dilaksanakan.
Comments
Post a Comment