“Ada orang sakit nih, badannya gatal-gatal parah” Kata seorang teman “Dia lagi diet ngelangsingin badan yang cepet itu?” Tanya saya. “Lho kok tau?” Sahutnya takjub “Tipikal banget” Jawab saya pendek “Dia harus ngapain?” Tanya teman saya lagi “Ya berenti dari diet blo’on itu” Tukas saya tetap pendek. Tidak lama kemudian teman saya menghubungi kembali “Katanya gak papa, badannya lagi healing crisis” Kilahnya kali ini “Udah berapa lama gangguannya?” Tanya saya “Udah hampir sebulan” Jawabnya “Gebleg!” Jawab saya “Maksudnya?” Kini teman saya kebingungan “Tunggu aja lebih fatal kalau dia jalanin terus. Itu bukan healing crisis, blo’on aja kalau dibilangin terus percaya” Jawab saya lebih panjang.
Kayaknya saran saya gak digubris. Tapi benar saja sih, belakangan kemudian saya mendengar berita kalau yang sakit itu dibawa ke rumah sakit karena kondisinya menjadi lebih gawat. Sesuai prediksi saya..
By the way, Healing Crisis (HC) itu sebenarnya nama dari mahluk
apa’an sih? Kok kayaknya heboh
bener?
Saat Tubuh Dibersihkan
Mahluk hidup melakukan beragam proses dalam kehidupan. Semua itu memberikan beragam hasil yang kemudian merepresentasikan hidup mahluk itu sendiri. Makan, minum, bernafas, mencerna, bergerak, bicara, menangkap mahluk lain untuk disantap, memetik buah dan tumbuhan untuk makanan dan lain sebagainya.
Dari ‘hasil’ atau katakanlah semacam output yang membuat seorang mahluk bisa menjalani kehidupan juga lahir beragam bentuk limbah yang tersimpan dalam tubuh.
Limbah tersebut jelas harus dibersihkan dan dibuang dari badan sang mahluk. Untuk itu organ-organ tubuh bekerja secara simultan di waktu tertentu menguras tumpukan limbah atau sampah dalam badan. Secara siklus tindakan ini terjadi secara intens saat mahluk tersebut tidur.
Manusia misalnya, memiliki tiga siklus signifikan dalam kehidupannya selama 24 jam. Siklus pengurasan ini terjadi di pukul 20.00-04.00, saat tubuh membersihkan diri sekaligus menyerap manfaat makanan, serta memperbaiki apapun yang perlu dibenahi. Itu sebabnya siklus ini umum dinamai Asimilasi. Pengurasan dilanjutkan di pagi 04.00 – 12.00 untuk membuang keluar badan limbah sampah hasil proses di siklus sebelumnya.
Ini proses alamiah yang terjadi pada badan. Lalu apa hubungannya dengan HC? Kadang proses pengurasan serta pembuangan tersebut terganggu oleh beragam hal. Semisal kebiasaan tidak tidur tepat waktu, akibatnya laju kecepatan tubuh tidak mengalami pelambatan karena tidur, tubuh harus bekerja keras memproses dengan tenaga seadanya.
Karena kondisi tidak tidur membuat alokasi tenaga terpecah-pecah tidak terkonsentrasi. Semakin rutin Anda tidak tidur sesuai waktu semakin banyak tumpukan sampah dalam tubuh.
Aneka ragam makanan tidak layak bagi tubuh pun bisa menyulitkan proses asimilasi, Konsumsi obat-obatan membuat penumpukan sampah ada di luar batas kemampuan tubuh membersihkan.
Kebiasaan merokok, minuman keras, kurang minum cairan yang tepat, hingga polusi dan kadang kala stres menjadi pemicu sulitnya tubuh membersihkan serta membuang limbah. Dari sini kita menuju penjelasan makna HC secara lebih signifikan.
Detoksifikasi
Tumpukan sampah tak tertangani baik dalam tubuh akan menjadi masalah. Lambat laun ia berubah sifat menjadi semacam racun yang bisa merusak kesehatan dalam jangka pendek maupun panjang.
Bila hidup kita sehat, dan mematuhi aturan tubuh proses pembersihan racun atau lazim disebut detoksifikasi bisa berlangsung normal. Tapi seperti disebut di atas detoksifikasi alami biasanya sulit terjadi di kebanyakan orang.
Liver atau Lever adalah organ yang paling bertanggung jawab saat detoksifikasi terjadi. Setiap sel tubuh memang memiliki agen pembersih sendiri, tapi induk dari detoksifikasi adalah liver. Ia mengganti serta membuang sel yang perlu direvitalisasi. Liver menangani bakteri, virus, parasit, sampah protein, unsur kimia anorganik, dan beragam elemen yang potensial mengganggu kesehatan.
Demikian pentingnya kerja liver. Saat organ lain beristirahat di waktu tidur, ia justru bekerja lebih intensif. Itu sebabnya saat proses detoksifikasi terganggu akibat kurang tidur misalnya, dalam jangka panjang liver adalah organ yang lebih dahulu rusak. Dan itu sama saja kiamat bagi kehidupan.
Belakangan manusia merekayasa proses detoksifikasi untuk membantu kerja liver. Dengan melakukan program pembenahan pola makan.
Kenapa makan? Karena proses cerna adalah salah satu alokasi energi terbesar dalam kehidupan. Dan makanan acap jadi pintu masuk unsur perusak kesehatan. Dengan mengatur diet tertentu, makanan yang masuk adalah makanan sesuai kapasitas kerja sistem cerna dan bersifat ringan mudah diproses.
Diharapkan tubuh bisa memiliki alokasi energi berlebih yang bisa dimanfaatkan untuk membantu kerja liver untuk lebih intensif melakukan pembersihan. Bisa membongkar tumpukan sampah yang potensial meracuni tubuh.
Healing Crisis dan Withdrawal Symptoms
Teknik rekayasa ini biasa dinamai program detoksifiasi. Biasanya pelaku mengalokasikan waktu sekitar 7 - 30 hari di mana ia mengekslusifkan dirinya mengkonsumsi makanan ringan cerna namun kaya manfaat bagi tubuh.
Perhatikan kriteria ini, ringan cerna namun kaya manfaat. Hanya dua jenis makanan yang paling ideal untuk memenuhi persyaratan tersebut, buah dan sayuran dalam keadaan segar. Di level selanjutnya biasa biji-bijian menjadi penyerta.
Detoksifikasi hanya membolehkan pelakunya minum air putih bermineral. Kalau bisa yang kualitasnya baik, lebih maksimal lagi. Selama hari yang ditentukan tidak ada makanan, minuman atau obat-obatan di luar ketentuan masuk dalam sistem cerna. Begitu itu dilanggar, alokasi energi yang dimaksud akan kacau dan program detoksifikasi batal dengan sendirinya.
Ada reaksi tubuh yang khas saat energi surplus mulai digunakan membersihkan tumpukan racun. Biasanya muncul serangkaian rasa tidak nyaman seiring pembersihan ini terjadi.
Reaksi inilah yang biasa disebut dengan istilah HC tadi atau pada beberapa versi lain disebut Withdrawal Symptoms. Ada beragam penjelasan mengapa ini terjadi. Misalnya dari pembersihan ekstra racun tubuh yang didorong keluar paksa secara masif lewat pori-pori sering memberi efek gatal atau warna kulit memerah.
Ada juga konsep ketagihan zat-zat makanan minuman tertentu. Saat suplai terhenti dalam program detoks, reaksi kimiawi yang biasa ditimbulkan ‘menghilang’, tubuh akan mencarinya. Dan proses ‘pencarian’ ini biasanya memberi rasa tidak nyaman, dalam beragam bentuk. Selain gatal-gatal, nafas bisa jadi mendadak berbau, migraine berkepanjangan, menggigil, demam, hidung berair, batuk dalam skala ringan serta berat.
Tapi sebenarnya akumulasi ketidaknyamanan ini memudahkan tubuh kembali ke titik normal dan sehat seperti sedia kala. Minum obat untuk menyembuhkan rasa tidak nyaman itu otomatis akan merusak serta menghentikan program pembersihan tubuh.
HC atau Withdrawal Symptoms biasanya memuncak di hari kedua dan ketiga program detoks. Lalu mereda dan berangsur menghilang paling lama sekitar seminggu. Semakin rutin detoks dilakukan gangguan HC biasanya semakin ringan.
Dengan catatan detoksifikasi diikuti dengan perubahan gaya hidup sehat. Bukan cuma dijadikan sekedar program ‘jalan keluar darurat’ lalu hidup harian tetap buruk. Jadi ingat, gangguan HC itu bersifat temporer, tidak lama dan tidak membahayakan. Selama cara melakukan detoksifikasinya benar dan sesuai ketentuan.
Beneran Healing Crisis Bukan?
Nah sekarang ini istilah HC sering sekali disalah artikan. Seseorang melakukan diet tertentu, mengalami rasa sakit, lalu langsung dicap “Tenang saja, tubuhnya sedang mengalami Healing Crisis” Lalu dibiarkan saja tanpa observasi lanjutan.
Seperti sudah dijelaskan, HC itu bersifat temporer, paling lama seminggu. Di luar waktu itu? Ya bukan HC lagi namanya! Tapi tubuh melakukan penolakan, atau melaporkan signal berupa alarm bahwa ada yang salah serta rusak dalam badan.
Seperti cerita di awal, di mana isu yang dianggap HC terjadi pada kulit dan sudah terjadi kurang lebih sebulan.
Itu jelas bukan HC lagi, itu dietnya yang ngawur dan menyebabkan kerusakan dalam tubuh, gangguan pada kulit terjadi bukan karena tubuh sedang berusaha membuang toksin dari pori-pori, tapi bisa jadi tubuh menggunakan kulit sebagai alarm pemberi tanda kerusakan. Atau bisa dari sisi diet salahnya memicu kerusakan pada sistem yang melibatkan kulit.
Salah kaprah model begini akhir-akhir ini sering sekali terjadi. Dan korban yang ditimbulkan juga mulai banyak. Tubuhnya secara putus asa menderita, mengirim signal kerusakan, atau malah memang sudah rusak sungguhan, tapi dibiarkan atau dianggap lalu karena dianggap sedang terjadi efek krisis penyembuhan (HC).
Jadilah kerusakan yang menjemput bersifat fatal, tidak menutup kemungkinan mendatangkan ajal lebih cepat!
Kalau sedang menjalani diet, apapun bentuknya. Perhatikan kondisi tubuh, bila terjadi masalah berat berangsur, berlarut dalam hitungan yang lebih dari 7-8 hari, segera hentikan diet tersebut. Itu besar kemungkinan bukan HC, tapi kerusakan atau alarm tubuh. Sebelum berubah mematikan, hentikan diet Anda. Apapun iming-imingnya!
Comments
Post a Comment