Waktu Buat Jus Jangan Mencampur Buah dan Sayur?
“Kalau buah dan sayur itu gak boleh dicampur, alasannya kenapa?” Tanya seseorang pada saya. “Beberapa ada yang perutnya gak kuat menerima campuran dua karakter berbeda itu” Jawab saya. “Lho jadi kalau gak kenapa-kenapa boleh aja?” Menerima respon seperti ini saya agak terkesiap “Boleh sih sebenarnya “ Jawab saya lagi. “Wah padahal selama ini udah ngelarang orang rumah bahwa jus buah dan sayur itu gak boleh dicampur” Saya terdiam. Buah dan sayur adalah isu krusial dalam pola makan sehat Food Combining (FC) yang saya edukasikan
Sebelum kita bicara lebih jauh, ada hal mendasar yang harus dipahami dulu. Secara definitif apa itu buah dan apa itu sayur? Buah didefinisikan beragam semisal benih dari tanaman berbunga atau lebihan nutrisi tanaman yang digunakan untuk membungkus dan melindungi biji dan mungkin beberapa definisi lain. Sedangkan sayuran umumnya memiliki definisi yang lebih sederhana, yaitu makanan yang berasal dari bagian tumbuhan seperti daun, batang, bunga dan terkadang akar
Benarkah jus dari kedua bahan itu seharusnya tidak dicampur? Atau sebenarnya sah-sah saja buah dipertemukan dengan sayur?
MEMBEDAKAN BUAH DAN SAYUR
Terkadang kita menemukan kasus di mana buah dan sayuran memiliki pemahaman yang agak bertabrakan. Semisal tomat, secara definitif dia lebih tepat dikatakan buah tapi dalam aplikasinya dia lebih sering dikategorikan sebagai sayuran. Semisal dalam kegunaan dunia kuliner atau masak memasak. Buah alpukat juga sering ditemukan dalam kategori sama. Jadi bagaimana mencari jalan keluar dari masalah kerancuan ini?Yang paling umum dilakukan adalah menggunakan konten fruktosa atau kandungan gula buah alami. Biasanya fruktosa menentukan buah itu dikategorikan sebagai benar buah atau sayur? Tomat dan alpukat konten fruktosanya rendah, jadi umumnya “secara de facto mereka adalah buah tapi secara de jure mereka adalah sayur” atau bila disederhanakan secara fakta mereka adalah buah tapi secara aturan mereka adalah sayuran.Dengan strategi sama kita bisa membedakan antara jeruk buah dan jeruk sayur. Di Indonesia kita mengenal jeruk bersifat buah seperti jeruk Pontianak dan Garut semisal, tapi kita juga mengenal jeruk bersifat sayur, yang juga dikenal sebagai jeruk dapur, yang rasanya lebih masam seperti lemon, limau, dan purut. Walau secara definisi bisa diperbincangkan dari beragam pembahasan namun menyederhanakan dari sisi fruktosa kita bisa segera membedakan mana jeruk buah dan mana jeruk sayur?
PERBEDAAN KARAKTER
Setelah mengenal konsep sederhana cara membedakan buah dan sayur. Kita bisa bergerak ke wacana awal, makna sesungguhnya tentang hukum mencampurkan jus buah dan sayur. Kita bisa membedakan mana buah dan mana sayur? Menariknya, secara general kita juga bisa menemukan mayoritas buah yang dipisahkan oleh keberadaan fruktosa biasanya memiliki ciri sebagai unsur yang relatif lebih ringan, mudah cerna. Sedangkan banyak sayuran memiliki dinding lebih keras yang otomatis membuat mereka di bawah buah dalam isu kemudahan cerna.
Ini mengurut ke logika urutan kecepatan proses saat ia masuk ke sistem cerna manusia. Buah yang lebih ringan dan mudah cerna, umumnya memiliki waktu cerna yang lebih cepat. Dalam dunia makan sehat terutama yang berbasis sama seperti FC, Diet Alkali, Raw Food, Vegetarian, Plant Based dan sejenisnya memiliki kesamaan pendapat bahwa buah dicerna sekitar 20-30 menit. Sementara karakter sayuran yang lebih keras, dicerna lebih lama dari waktu tersebut. Walau tentunya tetap jauh lebih cepat ketimbang makanan sulit cerna seperti protein hewani atau beraneka ragam makanan prosesan. Perbedaan karakter ini ditengarai oleh beberapa pihak sebagai alasan mengapa buah dan sayuran sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan.SIFAT FRUKTOSA
Di sisi lain gula buah dipercaya memiliki karakter sifat yang cukup agresif dalam mengganggu unsur lain yang berbeda saat dicerna bersamaan. Beberapa pendapat mendefinisikan beberapa tubuh memiliki intoleransi tertentu terhadap fruktosa buah. Tapi dalam dunia makan sehat konsep ini tidak dikenal selama buah dikonsumsi dengan cara benar. Artikel terkait bisa dibaca di sini. Bahwa fungsi serat tidak larut punya kemampuan menahan efek fruktosa dalam menyebabkan lonjakan gula darah. Kembali ke isu semula, sifat fruktosa ini sering menjadi penyebab mengapa kebiasaan kuliner menempatkan buah sebagai pencuci mulut, dimakan terakhir, membuat fungsi sehatnya menjadi terhilangkan. Malah berfungsi sebaliknya, mengganggu kesehatan! Dari sini juga lah kemungkinan lahirnya mitos, makan buah bisa menyebabkan sakit perut, sebah, masalah lambung, hingga gangguan buang air besar (BAB) seperti diare.Dari perspesktif berbeda, konsep merusak fruktosa buah ini bisa juga menjadi penjelasan mengapa sebagian orang memiliki sensitifitas tersendiri saat mengkonsumsi buah bersamaan dengan sayuran. Dengan merasakan perut perih, sebah, dan terkadang juga diare. Saya pernah menemukan beberapa kasus demikian dilaporkan, terutama oleh pemula pelaku makan sehat seperti FC. Dan ini tidak bisa diacuhkan begitu saja dengan menggampangkan informasi tentang tutorial membuat jus dengan mencampurkan buah serta sayur.
KEHILANGAN KELEBIHAN JUS SAYUR
“Jadi kalau buah dicampur sayur yang menkonsumsi gak merasa terganggu, aman ya?” Mengacu pada pertanyaan awal yang menginspirasi tulisan ini dibuat. Benarkah aman? Patut diingat, jus sayur memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh jus buah. Kandungan rendah fruktosanya membuat ia bisa dikonsumsi kapan saja! Pagi, siang, sore, dan bahkan malam menjelang tidur. Selama dibuat benar, jus sayur segar sarat enzim, antioksidan dan segudang unsur penting bagi kesehatan yang leluasa dikonsumsi serta relatif mudah diserap tubuh. Jus sayur bahkan sah-sah saja, dan bisa jadi sangat membantu pencernaan, waktu dikonsumsi bersamaan dengan makan siang atau malam. Menarik bukan?
Tapi saat jus sayur dicampur dengan buah, sesuai dengan apa yang telah dibahas sebelumnya, membuat keleluasaan santap jus sayur menjadi hilang. Karena karakter merusak fruktosa buah terhadap makanan lain saat dicerna. Jus sayur campur buah tidak bisa lagi diminum saat Anda makan siang semisal.
Satu lagi, saya sering tertawa sendiri saat menemukan beberapa pelaku makan sehat menjual jus sayur buatan mereka dengan menyebut produknya bebas gula karena menggunakan buah sebagai pemanis. Ide dasar ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan strategi industri makanan menggunakan fruktosa yang direkayasa sedemikian rupa menjadi pemanis buatan. Di sisi lain konsep menggunakan buah sebagai pemanis jus sayur membuat mereka yang memiliki masalah sensitifitas pencernaan terancam saat membeli produk ini. Pastinya sih, keleluasaan jus sayur yang fleksibel bisa dikonsumsi kapan saja juga ikut menjadi hilang,
Comments
Post a Comment