JUS BUAH ITU KAYA MANFAAT ATAU MUDHARAT?
Seorang teman dengan risau memberikan sebuah artikel pada saya. Isinya seputar buruknya efek jus buah bagi kesehatan. Mayoritas membahas sisi kandungan gula.
Betapa efek fruktosa, gula buah, berbahaya bagi kesehatan. Gaya penulisan artikel itu sendiri sebenarnya agak rancu dalam memberikan informasi. Yang dimaksud jus buah buatan sendiri atau jus buah kemasan yang biasa dijual di pasaran?
Tapi asumsi ini sejatinya tidak tepat. Kenapa? Karena bahaya tersebut hanya terjadi saat gula buah diambil dan digunakan sebagai pemanis tambahan dalam produk kemasan. Fenomena menakutkan ini tidak akan terjadi saat buah dikonsumsi secara normal dalam keadaan segar. Bisa itu dimakan biasa, dalam wujud buah potong, atau sebagai bentuk jus segar rumahan. Dalam buah terkandung dua jenis serat. Serat tampak dan serat tidak tampak. Serat tampak secara kasat mata bisa kita rasakan saat dikunyah atau yang sebagai ampas yang tersisihkan saat membuat jus. Fungsinya adalah membuat usus menjadi penuh, hingga isi usus mudah didorong oleh gerakan peristaltik. Jadi Anda bisa Buang Air Besar (BAB) secara rutin dan lancar. Sementara serat tidak nampak, sesuai namanya memang tidak terlihat mata. Namun Anda bisa mengenalinya, saat mengunyah buah potong atau menelan jus buah rumahan, rasakan semacam substansi lengket bersifat gelatinus di mulut Anda. Itulah bagian dari serat tidak nampak.
JUS SEGAR RUMAHAN DAN KEMASAN
Ketakutan akan buah yang diberikan oleh tulisan itu sedikit tidak relevan bila dikaitkan dengan budaya sehat makan buah segar seperti yang banyak dikenal atau digalakkan kembali akhir-akhir ini. Makan buah segar bahkan dikaitkan dengan upaya back to nature, kembali pada alam, kembali pada khitah hidup manusia, harmoni dengan apa yang ada di lingkungan hidup kita.
Konsumsi rutin buah segar yang dijadikan jus sebagai bagian dari gaya hidup, jelas menjadi bagian mutlak dari gerakan ini. Kembali pada alam, adalah upaya mandiri upaya menjawabnya munculnya beragam penyakit akibat gaya hidup yang kian marak akhir-akhir ini. Secara anatomi dan fisiologi ilmu pengetahuan sudah menunjukkan bahwa manusia kendati adalah pemakan segala (omnivora), ia sebenarnya lebih berat ke sisi pemakan tumbuhan (herbivora). Sayangnya memang gerakan ini banyak dilihat sebagai sebuah peluang yang menguntungkan secara komersil oleh banyak pihak. Dan bermunculanlah produk jus buah kemasan yang sejatinya sudah sangat jauh melenceng dari semangat asli gerakan kembali ke alam ini. Jus kemasan tentu berbeda jauh dengan jus buah buatan rumahan. Sebagai sebuah produk pabrikan ada ketentuan-ketentuan yang harus dijalani yang sayangnya membuat manfaat sehat sejati dari buah terhilangkan.
Ambil dari sisi isu higienitas yang mengharuskan semua produk kemasan makanan-minuman harus melewati proses pemanasan tingkat tinggi semisal. Proses ini memang mematikan bakteri, virus, atau jasad renik lain, tapi imbas utamanya enzim, antioksidan dan beberapa substansi penting buah segar ikutan mati bersamaan dalam proses ini. Jadi kalau bicara manfaat jus buah sebaiknya kita mendikotomi antara jus buah segar atau kemasan. Mana yang buatan rumahan, mana yang buatan pabrikan dalam bentuk kemasan?
PERLINDUNGAN SERAT TAK NAMPAK
Satu lagi yang sering ditakuti oleh kebanyakan orang adalah fruktosa, gula buah, yang terkandung dan ditakutkan akan meroketkan gula darah. Mengapa? Kita mengenal sumber gula umum, glukosa, yang umum dikenal sebagai sumber energi tubuh. Dari sisi efisiensi industri, fruktosa umum digunakan dalam dunia industri sebagai pemanis di beberapa produk kemasan. Semisal sirup jagung dan sirup agave. Termasuk bila suatu produk mencantumkan tambahan gula sebagai salah satu bahan utama, biasanya produk tersebut mengandung tambahan fruktosa yang lumayan tinggi
Kenapa fruktosa ditakuti? Karena glukosa dan fruktosa diserap tubuh dengan cara yang berbeda. Glukosa diserap oleh setiap sel dalam tubuh, sedang fruktosa tidak. Ia hanya bisa dipecah dan dicerna oleh organ hati atau lever. Hasil akhir dari proses pencernaan tersebut adalah trigliserida. Jika gula fruktosa yang dikonsumsi terlalu banyak, maka trigliserida akan menumpuk di hati dan akhirnya berpotensi mengganggu fungsi organ tersebut
Tapi asumsi ini sejatinya tidak tepat. Kenapa? Karena bahaya tersebut hanya terjadi saat gula buah diambil dan digunakan sebagai pemanis tambahan dalam produk kemasan. Fenomena menakutkan ini tidak akan terjadi saat buah dikonsumsi secara normal dalam keadaan segar. Bisa itu dimakan biasa, dalam wujud buah potong, atau sebagai bentuk jus segar rumahan. Dalam buah terkandung dua jenis serat. Serat tampak dan serat tidak tampak. Serat tampak secara kasat mata bisa kita rasakan saat dikunyah atau yang sebagai ampas yang tersisihkan saat membuat jus. Fungsinya adalah membuat usus menjadi penuh, hingga isi usus mudah didorong oleh gerakan peristaltik. Jadi Anda bisa Buang Air Besar (BAB) secara rutin dan lancar. Sementara serat tidak nampak, sesuai namanya memang tidak terlihat mata. Namun Anda bisa mengenalinya, saat mengunyah buah potong atau menelan jus buah rumahan, rasakan semacam substansi lengket bersifat gelatinus di mulut Anda. Itulah bagian dari serat tidak nampak.
Ia berfungsi seperti karet spons, menahan fruktosa agar tidak mudah meroketkan gula darah. Dan tidak membebani tubuh secara berlebihan sehingga belakangan diubah wujudnya menjadi trigliserida begitu saja. Itu sebabnya pelaku makan sehat yang sangat akrab dengan budaya makan buah seperti Food Combining (FC) atau Raw Food (RW) tidak merasakan masalah kesehatan seperti yang ditakutkan akibat mengkonsumsi fruktosa. Beberapa pelaku makan sehat tersebut malah melaporkan perbaikan kesehatan signifikan, bahkan penderita diabetes sekalipun yang tergolong rapuh terkait isu kandungan gula pada makanan. Tentu saja perbaikan kesehatan ini bisa terjadi saat buah dikonsumsi dengan cara yang baik dan benar sesuai aturan.
MEMUDAHKAN UPAYA HIDUP SEHAT
Sayangnya banyak orang yang sering salah kaprah tentang pemanfaatan jus sebagai salah satu cara mengkonsumsi buah. Karena kerancuan membeda antara serat tampak dan tidak nampak, banyak yang mengira bahwa serat terbuang saat membuat jus berpotensi menaikkan gula darah. Sehingga mereka ‘mengharamkan’ jus sebagai salah satu varian cara sehat mengkonsumsi buah.
Padahal sejatinya jus itu memiliki banyak sekali keuntungan yang tidak bisa didapat saat buah dikonsumsi dengan cara lain. Semisal ekstrak yang diambil dari jus memudahkan tubuh untuk menyerap lebih cepat kandungan substansi baik yang terdapat dalam buah, enzim, antioksidan, vitamin, mineral, fitokimia, hingga cairan. Memang untuk memaksimalkan semua itu sebaiknya gunakan alat pembuat jus dalam bentuk terbaiknya. Semisal teknologi slow juicer yang tidak menggunakan putaran pisau sehingga menisibikan efek panas yang bisa mematikan banyak nutrisi buah segar. Perhatikan juga ketentuan penting saat mengkonsumsi buah yang sangat krusial. Seperti mengkonsumsinya dalam keadaan perut kosong. Tidak mencampurnya dengan makanan lain dalam waktu berdekatan.
Pelaku FC dan RW semisal, dikenal punya kebiasaan mengekslusifkan makan buah di pagi hari sebagai bentuk sarapan terbaik yang sesungguhnya bagi badan. Hanya minum air putih saat mengkonsumsi buah, termasuk jus. Dan tentunya memilih buah dalam bentuk terbaik serta berkualitas sebagai bahan baku jus segar produksi rumahan.
Mengkonsumsi jus buah segar sangat membantu tubuh dalam isu memudahkan upaya hidup sehat. Fungsi organ vital yang terjaga, atau kembali normal, bila sebelumnya terganggu. Bisa juga dengan menjadi terlihat awet muda akibat limpahan antioksidan dan enzim yang ada. Salah satu efek positif yang paling sering dilaporkan adalah imbas positif pada sistem pencernaan. Rasa nyaman di perut, BAB lancar, hingga hilangnya keluhan masalah pencernaan serius seperti sakit lambung.
Comments
Post a Comment