SAAT MAKANAN MERUSAK BENTENG PERTAHANAN TUBUH
Di satu momen saat sedang makan di tempat umum. Meja sebelah saya dipakai oleh satu keluarga muda. Si ibu menarik perhatian secara cukup mencolok. Karena ia sibuk menyemproti meja dengan disinfektan lalu melap dengan kertas tisu. Kemudian satu persatu anggota keluarganya ia minta mencuci tangan dengan cairan antiseptik, kemudian dilanjutkan dengan tisu basah. Berlebihan? Ya sah-sah saja. Toh isu virus Corona, sang pemicu Covid 19 sedang mewabah, jadi wajar saja bila seseorang mengambil langkah-langkah pencegahan yang mungkin terkesan berlebihan.
Yang jadi masalah adalah anak perempuan dari si ibu ini minum segelas besar teh boba atau bubble tea, semacam teh diberi susu dan bola-bola mutiara tapioka yang sedang trendi. Sepertinya telah dibeli lebih dulu karena isinya sudah hampir separuh habis. Setelah itu mereka berpencar memesan makanan. Waktu kembali, saya tersenyum sendiri melihat menu makanan yang dibawa masing-masing. Sang ayah membawa baki berisikan sepotong besar daging steak, sepiring kentang goreng, dengan air mineral. Lalu si ibu semangkuk mie ramen dan segelas besar teh dingin. Sementara kedua anaknya paket menu anak-anak yang biasa disajikan di gerai cepat saji, lengkap dengan gelas soda ukuran sedang. Kemudian, lagi, sebelum makan sang ibu tidak lupa melap alat makan mereka dengan tisu basah, setelah sebelumnya disemprot disinfektan. Tindakan yang lagi-lagi mengundang senyum saya.
Kenapa saya tersenyum? Pernah dengar istilah paradoks? Sesuatu yang bersifat berlawanan. Apa yang keluarga muda ini lakukan sangat paradoks. Di satu sisi mereka sangat agresif melindungi dirinya dari serangan virus atau jasad renik lainnya, tapi di sisi lain mereka malah melemahkan sendiri daya tahan tubuhnya lewat apa yang mereka pilih untuk makan dan minum.
MELEMAHKAN LEWAT MAKANAN DAN MINUMAN
Satu hal tentang daya tahan tubuh manusia yang sudah sering sekali saya edukasikan. Mereka sangat tangguh dalam menghadapi serangan dari luar! Pertahanannya begitu berlapis dan rapat untuk ditembus oleh bakteri, virus, atau jasad renik ancaman lain. Bisa dibilang sangat sempurna. Itu sebabnya walau di sekeliling kita bertebaran miliaran hingga triliunan ancaman mikro organisme yang potensial membahayakan, umumnya kita masih bisa hidup normal seakan tidak ada apa-apa. Tapi sistem pertahanan tubuh sangat lemah dan nyaris tidak memiliki pertahanan apa-apa dengan serangan, lebih tepatnya dikatakan pengkhianatan, dari dalam.
Apa yang dilakukan keluarga muda tadi ya memenuhi kriteria nomer dua tersebut, melemahkan sendiri. Mengkhianatinya dengan memberi makanan yang tidak sesuai dengan penguatan daya tahan. Bahkan membuatnya menjadi lemah secara signifikan. Kenapa? Hampir semua makanan yang mereka makan membutuhkan energi ekstra untuk mencerna. Bahkan karena terlalu buruk, rentan tidak usai dicerna dalam hitungan beberapa jam ke depan. Berarti tubuh mereka harus mengalokasikan energi lebih banyak lagi sekedar untuk menyelesaikan masalah pencernaan. Bayangkan, di saat tubuh sedang diminta untuk membentengi dirinya dari masalah. Energinya malah dikonsentrasikan bagi hal lain. Bukan sekedar dikonsentrasikan sebenarnya, tapi lebih tepatnya tersedot. Untuk pertahanan sendiri, bisa jadi hanya tersisa sepersekian dari kebutuhan.Ironis karena sang ibu nampak sangat agresif menguatkan pertahanan tubuh di level luar, membersihkan tangan, meja, dan peralatan makan yang ada. Tapi sebenarnya yang ia lakukan ada di sisi lapis kedua pencegahan penyakit, bukan yang utama. Di sisi yang seharusnya ia fokus tingkatkan, malah dilemahkan oleh makanan-minuman yang jadi pilihan.
MERUSAK DARI DALAM
Pertahanan tubuh sangat berlapis dan tangguh dari menghadapi serangan luar. Terutama yang berhubungan dengan hal eksternal. Semisal dari sistem pernafasan hingga pencernaan, tubuh melapisi diri dengan pertahanan tangguh. Waktu Anda makan, begitu ia dideteksi memasuki tubuh, dari mulai air liur, amandel, lendir, hingga yang paling mematikan asam lambung langsung bersiap melindungi tubuh. Lewat dari itu, bila ada anaman eksternal masih lolos, pasukan darah putih sudah bersiap membantai musuh yang masuk. Dan semua bekerja saling bahu membahu secara spartan.
Tapi sistem pertahanan itu lumpuh total saat makanan yang masuk wujudnya sudah merusak sistem pertahaan itu sendiri. Tidak berdaya. Semisal menu yang diambil sang bapak, seonggok besar daging steak. Protein hewani sebagai awal saja sudah tidak cocok dengan sistem cerna. Ia akan menimbulkan reaksi asam lambung berlebihan, karena enzim pepsin pemecah protein dikeluarkan tubuh dengan menggunakan asam lambung sebagai kendaraan. Akibatnya produksi asam jadi berlebihan dan menimbulkan rasa tidak nyaman di perut.Di sisi ini asam lambungnya sudah teralihkan dari fungsi utama untuk membunuh bakteri, virus atau jasad renik berbahaya yang masuk lewat makanan-minuman. Belum lagi bila rasa tidak nyaman di lambung itu disikapi dengan mengkonsumsi Antasida, pereda asam lambung. Di mana pengaman terkuat sistem pertahanan ini produksinya dikurangi, akhirnya tubuh malah makin rentan terserang virus dan lainnya.
Itu contoh sederhana betapa berbahayanya makanan yang kita makan dalam urusan melemahkan pertahanan tubuh. Kita belum lebih mendalam membahas efek teh diberi susu, mie, makanan cepat saji, segelas teh, dan soda yang dikonsumsi ibu serta sang anak. Kombinasi makanan teroksidasi berat, meroketnya gula darah, hingga pengeluaran cairan tubuh berlebihan. Bila dilakukan kita akan semakin paham betapa tindakan agresif si ibu membersihkan sana-sini sebenarnya potensial sia-sia dan keluarga mereka tetap rentan tertular penyakit.
PRIMER DAN SEKUNDER
Masalah ini hadir karena lemahnya edukasi kesehatan di level perawatan serta pencegahan penyakit. Hampir di semua lini, dari mulai ahli kesehatan hingga pasien yang awam, semua terlemahkan dari sisi pengetahuan. Akibat fokus dunia kesehatan lebih diarahkan pada level pengobatan atau tindakan invasif pada penyakit.
Wajar bila hampir semua insan kesehatan awam terhadap cara memperbaiki penguatan atau menghindari pelemahan daya tahan, terutama lewat makanan – minuman. Coba saja Anda berkunjung ke Rumah Sakit besar jaman sekarang. Di sana Anda akan melihat bertebaran gerai hingga restauran yang sarat menyajikan menu pelemah pertahanan hingga perusak kesehatan. Jadi wajar bila masyarakat awam lemah dan mudah terpapar penyakit. Areal yang dianggap paling sakral di dunia kesehatan saja terkontaminasi hal demikian.
Jangan heran bila masyarakat berlomba atau terfokuskan untuk menguatkan diri di level sekunder. Terobsesi membersihkan diri dari sentuhan semisal. Takut pada serangan virus, lalu agresif membersihkan tangan setiap bersentuhan dengan apapun. Hal ini selain tidak manusiawi, level kelemahannya banyak sekali mengintai dari beragam sisi. Mulai dari hal sepele tangan mengering mudah luka, hingga hal serius seperti pelemahan daya tahan tubuh eksternal yang merugikan di masa depan. Mudah terserang alergi atau kemudian penyakit autoimun serius misalnya.Menolehlah pada makanan hidup sarat energi kosmik, jadikan itu sebagai menu utama sehari-hari. Limpahi tubuh dengan antioksidan, enzim, mineral, vitamin dan beragam unsur vital kehidupan. Bahkan saat sedang berekreasi kuliner di tempat umum sekalipun! Buah-buahan serta sayuran segar, adalah anugerah terbesar sang Pencipta dalam kehidupan kita. Apalagi kita hidup di wilayah tropis yang kaya akan substansi tersebut. Manfaatkanlah semaksimal mungkin!
Comments
Post a Comment