Memaksa Minum Susu Membuat Sakit Selalu
Pertanyaan Pertama
“Mas anak saya gampang sakit, bener itu karena rutin susu?” Sebuah inbox message masuk di akun sosmed saya. “Selama masih rutin minum susu, ya jangan minta sehat” Jawab saya diplomatis. “Aduh, jadi saya harus gantinya gimana ya?”
Pertanyaan Kedua
“Jadi dari sekarang gak boleh minum susu lagi?” Tanya seseorang yang baru saja divonis menderita penyakit kanker. Saya hanya tersenyum, “Kalau mau kankernya tumbuh subur di badan ya gak pa-pa, minum aja” Ia nampak agak meragu, “Aduh, nanti badan jadi lemas gak ya kalau gak minum susu?”
Dua pertanyaan ini agak ironis karena diajukan dengan subyek yang sebenarnya sudah ada di luar usia minum susu seorang anggota kelas mamalia. Berdasarkan doktrin kesehatan yang dicekoki ke dalam kepala mereka, susu yang seharusnya mereka tidak minum rutin lagi tetap dipaksakan untuk dikonsumsi. Jangan terkejut kalau kemudian rentetan penyakit berdatangan. Lagian hukum alam dilawan!
Melawan Hukum Alam
Manusia adalah bagian dari mamalia. Suatu kelas dari mahluk hidup yang berisikan anggota di mana mereka berkembang biak dengan cara melahirkan dan menyusui. Ambil kata terakhir, menyusui! Ini yang menjadi pembeda penting dengan beberapa mahluk hidup lainnya. Manusia, singa, kera, badak, dan kangguru, paus, adalah contoh dari mamalia yang hidup di muka bumi. Anomali mungkin ada pada Platypus, hewan bercocor bebek yang menyusui tapi juga berkembang biak dengan bertelur.
Kembali ke menyusui. Ada siklus menarik dari mamalia terkait menyusui. Sang induk dan bayi yang menyusui semua berhenti pada saat mereka memasuki fase dewasa dalam hidupnya. Tentu saja kata dewasa bervariasi di sini. Ada yang dalam hitungan bulan, dan tahun, bergantung masing-masing kebutuhan. Biasanya saat bayi mamalia sudah bisa mengunyah makanan padat, ia akan secara naluriah berhenti mencari susu dari induknya. Atau dalam beberapa kasus saat bayi sudah beranjak dewasa dan bisa mencari makannya sendiri.
Hanya manusia yang nekat melawan hukum alam tersebut. Bahkan di luar kebutuhan rekreasional, banyak manusia yang mengkonsumsi susu sebagai kebutuhan fungsional, terutama dari sisi kesehatan. Tentu ada logika ilmiah di balik mengapa fenomena ini bisa terjadi? Salah satu yang paling dikenal adalah konsep tentang produksi enzim laktase. Sebuah substansi yang dibuat tubuh untuk memecah laktosa, atau gula pada susu. Ada satu hal menarik terkait laktase, ia diproduksi secara masif oleh tubuh selama masa menyusui dan berkurang drastis saat menginjak usia dewasa. Ini hukum alam, yang tidak bisa dilawan. Dan hampir semau anggota mamalia patuh pada fenomena ini. Tentu saja, kecuali manusia!
Di Indonesia salah satu teori menggelikan yang sering didengar terkait hal ini adalah paham menyalahkan kultur lokal yang tidak terlalu suka mengkonsumsi susu. Sehingga berangsur produksi laktase berkurang. Apa lacur jalan keluarnya malah meminumkan susu dalam jumlah banyak dengan harapan agar laktase diproduksi lagi. Ada banyak sekali efek merugikan bagi kesehatan yang muncul dari paham ini. Apalagi penduduk Indonesia adalah bagian dari ras Asia, yang konon 90% bagiannya memiliki masalah dengan laktosa secara serius.
Susu Hanya Untuk Bayi Dengan Spesies Yang Sama
Masing-masing spesies dalam Mamalia punya tumbuh kembang yang berbeda. Itu sebabnya susu dari induk pada bayinya juga memiliki karakter dan kandungan yang berbeda pula. Ini salah satu penyebab utama mengapa merutinkan minum susu dari spesies lain akan melahirkan masalah kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang.
Memang susu tetap adalah susu, hampir semua produknya dari spesies kelas Mamalia memiliki komponen yang serupa. Susu umum mengandung protein, karbohidrat, lemak, laktosa, kalsium, magnesium, fosfor, natrium dan lainnya. Namun untuk setiap spesies memiliki karakter tersendiri, yang bisa dilihat dari porsi unsur-unsur tersebut ada dalam angka berlainan. Di sini ketahuan mengapa akan lahir masalah saat susu satu spesies dipaksakan ke spesies lainnya.
Semisal susu sapi atau kambing, yang paling sering dikonsumsi manusia. Kedua hewan ini memiliki waktu dewasa yang lebih singkat. Manusia butuh waktu cukup lama untuk bisa berdiri, berlari dan kemudian kokoh melompat. Sapi dan kambing relatif lebih cepat. Itu sebabnya komponen protein dan lemak dalam susu mereka relatif lebih tinggi ketimbang susu dari ibu manusia. Beberapa manusia bahkan secara reaktif memproduksi zat anti dalam jumlah berlebihan saat mendeteksi ada Kasein, atau protein pada susu, masuk dalam tubuhnya. Produksi ini menguras energi dan membawa rentetan masalah berkepanjangan bagi kesehatan. Laktoferin atau antioksidan yang terkandung dalam susu juga memiliki perbedaan signifikan dari manusia dan sapi semisal. Padahal unsur ini memiliki manfaat yang baik bagi perlindungan kesehatan terutama untuk daya tahan serta kekebalan tubuh. Air susu ibu (ASI) manusia mengandung 0.15% laktoferin, jauh lebih tinggi ketimbang susu sapi yang hanya 0.01%. Ini juga bisa jadi salah satu penjelas, mengapa bayi yang dibesarkan dengan ASI ekslusif memiliki daya tahan tubuh teruji ketimbang yang tidak.
Susu Hewan Prosesan Melahirkan Bencana Kesehatan
Ironi tambahan dari upaya nyeleneh manusia melawan hukum alam dengan minum susu produksi spesies lain adalah upayanya untuk merekayasa produk tersebut sesuai asumsi mereka. Ketakutan pada bakteri, atau jasad renik berbahaya melahirkan budaya memanaskan produk yang akan dikonsumsi. Termasuk susu tentunya. Ini tindakan yang sebenarnya sangat merusak dan membuat susu menjadi produk berbahaya.
Susu sejatinya mengandung banyak enzim yang bisa membantu proses dari susu tersebut dalam tubuh, tentu dalam keadaan tidak ideal, seperti laktase tadi semisal. Proses pemanasan di atas suhu 45 – 114˚ celcius akan mematikan enzim tersebut. Kita sudah pernah membahas, makanan-minuman yang miskin atau bahkan nisbi enzim adalah substansi yang dianggap musuh oleh tubuh!
Ironinya lagi, susu yang melewati pemanasan tinggi atau Ultra High Temperature (UHT) justru dianggap sebagai susu dengan kondisi terbaik yang aman dikonsumsi oleh siapa saja. Hanya karena asumsi telah bebas dari jasad renik berbahaya. Padahal produk ini sejatinya sangat merongrong kesehatan bila dikonsumsi secara berkepanjangan. UHT juga membuat susu menjadi terpapar dengan oksidasi berlebihan. Seperti kita tahu kerusakan sel tubuh menjadi lebih terpicu untuk terjadi saat produk teroksidasi terlalu banyak dikonsumsi.
Jadi kalau manusia memiliki koleksi penyakit yang lebih banyak dari anggota kelas mamalia lainnya. Jangan heran. Karena ditengarai banyak dari penyakit tersebut adalah sesuatu yang dicari-cari sendiri. Melawan hukum alam! Contoh utama adalah tindakan “Walau di luar usianya, masih nekat minum susu”. Jangan heran kalau penyakitan selalu
Comments
Post a Comment