Salah Kaprah Diet Serat
"Saya dulu dilarang makan sayur hijau saat ada infeksi saluran cerna. Krn sayur hijau kaya serat, sedangkan saluran cerna msih ada infeksi. Jd sementara sampai sehat tdk boleh makanya sayuran hijau dulu. Setelah sehat ya boleh”
Sebuah komentar yang masuk dalam pokok bahasan serat di kelompok Food Combining Indonesia. Tulisan singkat itu menggambarkan betapa menyesatkan dan parahnya salah kaprah logika makan sehat dalam dunia kesehatan konvensional. Tidak heran bila sakit yang erat hubungannya dengan pencernaan menjadi masalah pelik, berlarut-larut dan seakan sulit sekali dicarikan jalan keluar.
Jangankan masalah pencernaan serius seperti kanker pencernaan, atau luka pada lambung atau usus. Masalah sepele seperti sembelit pun akan sulit sekali dicarikan jalan keluar bila pemahaman seperti komen di atas dikutip dari yang keluar dari mulut seorang ahli kesehatan pada pasiennya. Bila serat dianggap musuh bagi pencernaan bermasalah. Jangan harap ada solusi nyata bagi masalah kesehatan. Yang ada hanya potensi penyakit yang makin buruk dari waktu ke waktu. Serat adalah salah satu pemain utama fungsi sistem cerna. Normal ataupun sedang bermasalah. Gagal memahami serat, jangan harap ada pencernaan sehat.
Jadi bagaimana? Kita harus memahami secara mendasar apa itu serat dan bagaimana fungsinya dalam sistem cerna.
Aktor Utama Sistem Cerna
Sumber serat terbaik serta termudah bagi pencernaan ada pada buah dan sayuran. Utamakan yang segar, agar nutrisi yang terkandung juga bisa masuk bersamaan dengan serat yang terkandung. Ada dua jenis serat yang membentuk buah serta sayuran. Serat yang ‘tampak’ dan ‘tidak tampak’. Ada juga yang mengatakan ‘tidak larut’ serta ‘larut’. Terkait fungsi pencernaan serat tampak atau tidak larut menjadi aktor utama yang akan dibahas di tulisan ini.
Pecahan atau serpihan buah dan sayuran yang kita makan, ini yang kita sebut sebagai serat. Atau untuk lebih jelasnya bila Anda menghancurkan buah dan sayuran dengan alat juicer, serpihan yang terbuang atau tersisalah yang membentuk serat tampak itu. Tubuh tidak bisa menghancurkan atau menyerap jenis serat satu ini. Tapi justru sifat ini yang menjadi alasan kenapa ia aktor utama suksesnya pencernaan manusia?
Banyak yang mengira serat tampak yang tersedia pada buah serta sayuran tidak memiliki kegunaan, karena tidak bisa diserap dan dicerna oleh tubuh. Padahal hal spesifik tersebut menjadi unsur penting yang dibutuhkan oleh sistem cerna saat bekerja. Serat demikian akan melewati cairan asam lambung tanpa perubahan volume, dia akan membuat diameter usus menjadi penuh saat bergabung dengan bahan makanan lain. Akibatnya usus dengan gerakan peristaltik, atau gerakan memijit, akan mudah memindahkan makanan bergerak dari satu titik ke titik lainnya.Sebaliknya daging, atau protein hewani lainnya, yang miskin serat akan mengalami penyusutan volume drastis saat ia bertemu dengan asam lambung. Bukan berarti ia ‘diserap’ tubuh, hanya volumenya saja yang memadat serta menciut. Akhirnya saat masuk ke dalam usus, jenis makanan ini tidak bisa membuat penuh. Dan gerakan peristaltik usus harus bekerja keras untuk memijatnya. Akibatnya otot usus harus bekerja keras.
Karena otot itu membentuk dinding usus, lama kelamaan usus menebal dan kaku. Bayangkan bila Anda melatih otot tubuh saat berolahrag. Bila dilakukan rutin, perlahan otot akan memadat dan mengeras. Di sisi eksternal tubuh, perubahan otot demikain bisa jadi baik secara tampilan. Namun bila itu terjadi dalam struktur organ cerna Anda, bencana besar menanti.
Hal ini juga mematahkan logika ngawur yang kini banyak beredar. Bahwa sembelit, atau tubuh jarang mengeluarkan kotoran secara frekuentif adalah gambaran bahwa badan bisa memanfaatkan makanan yang masuk secara efektif. Ini adalah logika luar biasa salah. Tidak rutin buang air besar (BAB), adalah bencana besar bagi kesehatan! Apa pun alasan yang dikatakan di belakangnya.
Salah Kaprah
Berita buruk terbesar adalah makanan rendah serat itu lebih mudah ditemui di masa kini. Selain protein hewani, ragam makanan populer, dalam bentuk kemasan, prosesan, adalah sesuatu yang umum ditemui. Semua gagal memenuhi kebutuhan serat untuk membuat usus bisa mengembung sempurna dan mudah dipijat oleh gerakan peristaltik. Cara termudah memahami logika gerakan peristaltik mudah memijat usus yang penuh, adalah saat kita memperhatikan pasta gigi.
Bandingkan antara tabung pasta gigi yang penuh dan kosong. Mana yang lebih mudah dipijat keluar isinya? Tentu yang penuh! Inilah analogi antara usus yang penuh oleh serat dan usus yang miskin serat. Yang miskin serat sulit sekali mendorong isinya keluar. Bila ini terjadi dalam usus besar, kita mengalami sembelit.
Saat sembelit tubuh akan keracunan makanan yang membusuk. Segudang masalah kesehatan bisa muncul di sini. Dari mulai yang remeh seperti jerawat, gatal-gatal di sekujur tubuh, gangguan kulit, bau badan, hingga yang serius seperti kerusakan sel dan menjadi kanker.. Itu sebabnya usus rusak adalah indikasi dari hampir semua masalah kesehatan ringan hingga serius yang mengganggu kesehatan manusia.Jadi mengapa bisa logika yang mengatakan bahwa makanan tinggi serat bisa membahayakan bagi mereka yang sedang bermasalah dengan pencernaan? Kemungkinan berangkat dari hukum dasar “makanan kaya serat akan mempermudah BAB”. Bagi sebagian ahli kesehatan yang pemahaman ilmu makan sehatnya rendah, hukum dasar tersebut dikonversikan dengan logika salah kaprah, orang yang sedang bermasalah pencernaan seperti diare, BAB-nya akan makin menjadi-jadi kalau makanannya kaya serat.
Logika ini jelas salah total. Diare adalah fase di mana tubuh sedang berusaha ‘membuang’ masalah dalam pencernaan secepat mungkin dengan ‘mencairkan’ muatan yang harus dibuang. Memampatkan diare dengan mengkonsumsi makanan rendah serat justru malah membuat upaya tubuh tersebut terganggu.
Lagipula logika salah kaprah ini juga tidak berlaku bila masalah pencernaan yang muncul dalam bentuk lain, semisal sakit typhus, radang usus, dan (apalagi) sembelit. Keberadaan serat dari buah dan sayuran segar tetap diperlukan oleh sistem cerna kita. Sesuai kodrat dasar kerjanya. Bila diare, pastikan ketersediaan cairan mencukupi. Minumlah air dengan jumlah yang sesuai. Air! Bukan teh, kopi, atau susu
Bunuh Diri Perlahan
Kini bisa dimengerti kenapa makanan yang miskin serat memiliki ancaman besar sekali bagi kesehatan dalam jangka pendek ataupun panjang. Makanan miskin serta membuat usus gagal penuh, sehingga sulit didorong oleh gerakan peristaltik. Masalah jangka pendek yang rentan muncul bila miskin serat terjadi di usus besar, volume tinja yang terbentuk tidak cukup sempurna untuk bisa didorong tubuh keluar. Akhirnya kotoran membusuk di usus besar. Kita sudah membahas masalah yang muncul dari sini sebelumnya. Masalah lain yang muncul dari pembusukan tersebut adalah terganggunya keseimbangan bakteri dalam usus.
Contoh masalah jangka panjang terjadi saat dinding usus menebal karena ototnya membesar, diameter usus akan menyempit. Gerakan peristaltik rentan menyentuh antar dinding yang berseberangan. Saat terjadi menahun, rentan menimbulkan luka yang akan menjadi problem serius di satu waktu. Penebalan otot yang telah kita bahas sebelumnya akan membuat dinding usus menonjol terdorong keluar. Tonjolan ini membentuk semacam kantung-kantung yang disebut dengan istilah divertikula.Penebalan otot dan pembentukan kantung ini membuat segudang masalah. Lubang-lubang halus di permukaan dinding usus yang memiliki beragam fungsi akan terganggu. Makanan rentan tersangkut dan terjebak membusuk menjadi kotoran yang meracuni tubuh. Akumulasinya akan menyebabkan terjadinya perubahan sel-sel pembentuk dinding usus yang berubah menjadi semacam ‘daging tumbuh’ atau biasa disebut polip. Bila ini terjadi, satu langkah kecil lagi, masalah ini akan berubah menjadi kanker.
Luka dalam usus yang rentan terjadi akibat satu sisi dinding usus bersentuhan berulang-ulang dengan dinding di seberangnya, mudah menjadi infeksi. Dipenuhi oleh bakteri, dan kemudian menjadi masalah serius bagi kesehatan pencernaan secara khusus dan kesehatan tubuh secara umum. Secara awam problem ini sering disebut ‘koreng’ atau ‘bisul’ usus. Luka usus ini pun rentan berubah menjadi kanker.
Jalan keluar darurat paling populer adalah operasi dan membuang bagian usus yang bermasalah tersebut. Apakah ini bisa membuat kondisi lebih baik? Tentunya tidak. Karena pola makan miskin serat yang jadi isu utama di awal tetap ada. Dan kondisi serupa akan terulang kembali, cepat atau lambat. Rentetan masalah lebih besar menunggu. Kesehatan memburuk dari waktu ke waktu, dan kematian penuh penderitaan menanti di depan. Tidak salah bukan bila dikatakan di awal, miskin serat dalam makanan, sama seperti Anda bunuh diri perlahan-lahan.
Comments
Post a Comment