Program Detoks Sehari Cuma Akal-Akalan Pedagang
“Memangnya kalau hidup ‘jorok’ jalan keluarnya adalah detoks?” Pertanyaan hari ini yang hadir pada saya. “Ah itu kan yang nulis produk lagi jualan” Jawab saya sambil tertawa. “Nah makanya!” Jawab teman penanya tadi dengan penuh kepuasan. “Kayaknya penjual sama yang mengatakan bahwa detoks itu bisa dilakukan sehari dalam seminggu” Jawab saya lagi dengan senyum lebar. “Memangnya bisa? Nggak kan?” Tanyanya lagi. “Jelas gak bisa” Jawab saya tegas. “Jelasin dong” Todong teman saya ini.
Berangkat dari petanyaan tersebut, ujung-ujungnya jadilah tulisan yang sedang Anda baca ini. Semoga berguna.
Detoks Pembersihan Bukan Penebus Dosa
Detoks berasal dari kata imbuhan detoksifikasi, yang basis katanya toxic atau racun. Detoksifikasi adalah upaya menangkal racun. Apakah tubuh keracunan? Secara tidak langsung, ya. Teracuni oleh tumpukan sampah yang tidak bisa dibuang oleh tubuh, akibat akumulasi tumpukannya telah melebihi kapasitas pembersihan.
Jadi tubuh melakukan pembersihan? Tentu saja. Secara harian dan normal, ia telah melakukan pembersihan. Organ seperti liver yang menjadi induk metabolisme tubuh biasa memicu pembersihan tumpukan sampah tersebut lewat beragam cara. Sampah lain dalam bentuk cairan juga diproses lewat organ ginjal sebelum dibuang dalam bentuk urine atau air seni. Sampah padat dibuang tubuh lewat usus besar dalam bentuk tinja. Sebagian kecil sampah juga dibuang lewat respirasi, keringat dan juga napas yang kita hembuskan keluar, karbondioksida.
Namun ada kalanya proses terganggu saat tumpukan sampah tersebut masuk melebihi kemampuan tubuh membuangnya. Sampah seperti apa sih yang membuat tubuh kewalahan? Yang paling gampang ya dengan melihat konten makanan dan minuman yang Anda asup sehari-hari. Semakin buruk ya semakin tinggi tumpukan sampah dalam tubuh Anda. Atau Anda hobi bergadang, tidur malam, pembuangan sampah tubuh juga akan terganggu. Apalagi bila Anda kombinasi keduanya, pemakan segala lalu hobi bergadang, tubuh Anda mungkin seperti ‘penampungan sampah’ berjalan.Program detoksifikasi dimaksudkan membantu tubuh membuang tumpukan sampah yang terhambat terbuang secara normal sehari-hari. Cara yang paling populer adalah dengan meringankan kerja sistem cerna, dengan hanya mengasup makanan ringan namun sarat manfaat. Seperti buah dan sayuran segar, semisal. Energi yang terhemat akan menjadi energi lebih bagi tubuh yang bisa dialokasikan untuk menjadi doping, penambah tenaga, untuk membantu aksi bersih-bersih tumpukan sampah tubuh.
Tapi menjadikan detoksifikasi sebagai jalan keluar darurat rutin atau penebus dosa dari kebiasaan buruk yang dilakukan sehari-hari jelas bukan jawaban dari sebuah masalah. Tubuh manusia akan menurun kapasitasnya dari waktu ke waktu. Membiasakan diri dengan gaya hidup buruk lalu mengharapkan jalan keluar dari program detoksifikasi akan membuat akibat fatal di kemudian hari. Aktivitas penumpukan sampah akan memberikan efek kerusakan permanen yang semakin melebar dan berpotensi merengut nyawa dengan cara mengerikan dan penuh penderitaan.
Harus Dilakukan Dengan Durasi Tertentu
Bagaimana melakukan detoksifikasi dengan baik? Tentu ada aturan mainnya. Sebenarnya secara budaya religi, kita mengenal program detoksifikasi dalam bentuk puasa. Beberapa agama Samawi bahkan merutinkan puasa tersebut secara wajib atau dilakukan sukarela dengan mengharapkan pahala sebagai imbalan.
Sayangnya semakin lama budaya puasa tersebut agak melenceng dari ketentuan, karena sarapan pagi yang mengawali puasa dan makanan berbuka pembatal puasa biasa terdiri dari menu-menu yang memberatkan sistem cerna. Sehingga alih-alih membersihkan tumpukan sampah, justru tumpukan sampah baru tercipta dari aneka hidangan tersebut.
Di sini program detoksifikasi dibuat dengan aturan yang cukup ketat. Menu yang bisa dikonsumsi diwajibkan hanya terdiri dari buah atau sayuran segar. Mengapa? Karena selain relatif ringan serta mudah cerna, kedua unsur tadi kaya akan substansi vital yang dibutuhkan tubuh. Sesuatu yang bisa jadi tidak mudah terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Terutama mereka yang biasa makan seenaknya.
Dan program detoksifikasi sama dengan puasa, baru akan memberikan efek signifikan saat dilakukan dalam durasi tertentu. Ini sebuah ketentuan yang tidak bisa dihindari dan harus dilalui. Mengapa? Di hari pertama biasa tubuh akan mengenali dulu kondisi ini, saat makanan-minuman yang masuk tidak membebani sistem cerna, namun tetap memenuhi kebutuhan. Biasanya di hari kedua energi yang terhemat tersebut baru dialokasikan untuk digunakan membersihkan tubuh. Di hari ketiga dan selanjutnya baru pembersihan itu akan berlangsung secara masif dan menyeluruh ke segala penjuru tubuh.
Efek pembersihan tumpukan sampah tersebut kadang memberikan sensasi yang kurang nyaman. Periode ini biasa disebut dengan istilah withdrawal symptoms atau healing crisis. Beragam rasa dilaporkan pelaku program, mulai dari rasa pusing, mual, meriang, demam, menggigil kedinginan, gatal-gatal sekujur tubuh, nafas berbau, dan banyak lagi. Cara menyikapi periode atau fase ini, adalah dengan tetap meneruskan program detoks, sambil memaksimalkan waktu istirahat dan minum air putih berkualitas sebanyak dibutuhkan. Perhatikan warna urin, usahakan selalu bening untuk mengetahui apakah kebutuhan air minum tercukupi baik atau tidak?
Setelah beberapa waktu biasanya serangan rasa tidak nyaman ini akan berangsur berkurang dan hilang sama sekali hingga program detoksifikasi berakahir. Minum obat atau makan berat untuk mengurangi rasa tidak nyaman akan serta merta membatalkan program detoksifikasi. Itu sebabnya sebaiknya program ini dilakukan di saat senggang, akhir pekan atau saat liburan. Dan apabila Anda menderita kondisi kesehatan tertentu, lebih baik hindari melakukan program ini, setidaknya tanpa panduan seseorang ahli yang menguasai dengan baik.
Apabila Anda ditawarkan program detoksifikasi hanya sehari dengan segerombolan paket penyerta, entah minuman atau makanan dan suplemen, bisa dipastikan program tersebut abal-abal. Juga bila produk tersebut ditawarkan dengan iming-iming Anda masih bisa mengkonsumsi makanan lain, bahkan kebiasaan buruk seperti merokok, dipastikan program tersebut berkualitas kaleng-kaleng. Semua itu gak akan banyak memberi efek kesehatan. Kecuali keuntungan bagi yang menjual produnknya. Namanya juga akal-akalan pedagang.
Very Nice ❤️
ReplyDeleteTerima kasih
Semoga bermanfaat
Delete