Salah Kaprah Jus Untuk Kesehatan


“Kenapa saya masih sakit ya? Padahal saya sudah disiplin hidup sehat dengan melakukan FC” Keluhan yang  sangat sering didengar.  “Bagaimana cara melakukannya?” Pertanyaan ini lalu dijawab “Saya kenceng banget minum jus sayurnya! Siang sampe malem. Pas malem malah saya ganti makan pake jus sayur”


Pantesan sakitnya gak sembuh-sembuh


Beberapa Kesalahan Dasar
Jus dalam beragam bentuk. Mau dalam wujud smoothie, yang didapat dengan menggunakan alat bantu berbentuk blender atau jus dalam arti harfiah kata ‘juice’ yaitu cairan dengan menggunakan bermacam alat juicer, pada umumnya digunakan untuk mempermudah konsumsi buah dan sayuran. 
Teknik ini tidak melulu dimaksudkan untuk isu kesehatan, bisa juga untuk isu rekreasional. Minum lebih mudah daripada harus makan bukan? Tidak harus repot mengunyah. Benar? Di sini letak salah satu kesalahan mendasar minum jus. Apalagi untuk kepentingan kesehatan.

Jus, terutama dalam representasi buah dan sayuran, adalah produk berbasis karbohidrat. Ia membutuhkan enzim dalam air liur untuk dicerna baik oleh tubuh. Mengkonsumsi jus untuk alasan kepraktisan seringkali menjadi masalah karena fakta ini. Langsung ditelan secepatnya, seperti seorang pelari sprinter menuju garis finish. Lalu bila kemudian merasa mual, sebah, gula darah meroket, bahkan hingga mengalami masalah diare, jangan heran Mayoritas karena jus yang dikonsumsi tidak terproses dengan baik, akibat tidak tersentuh air liur. Minumlah jus perlahan, tahan di mulut sekian detik, bila perlu selipkan di bawah lidah, tempat kelenjar ludah bercokol, agar jus mudah diproses oleh sistem cerna. 
        Ada yang takut mengkonsumi jus karena dianggap serat, konten penting makanan bagi pencernaan, telah hilang. Padahal sejatinya tidak. Saya pernah menulis panjang lebar tentang hal itu di sini. Bisa dibaca untuk menghindari salah kaprah mendasar tersebut.
Pun ada yang menggunakan jus sebagai ganti waktu makan utama. Terutama mereka yang mengincar target masalah berat badan. Makan malam yang paling sering diganti dengan minum jus. Ini juga rentan sekali jadi masalah besar di kemudian hari. Tubuh kehilangan kesempatan mendapat asupan berharga dan sebagai gantinya kadang hanya jus yang kontennya itu-itu saja. Sudah kekurangan asupan ditambah lagi masalah penumpukan unsur berlebihan, akibat yang masuk selalu sama.


Rentan Melonggarkan Disiplin.
Jus, sayur terutama, sering dijadikan senjata utama yang membiaskan fungsi utamanya. Bila jus sayur seharusnya menjadi bagian dari senjata kita untuk merawat kesehatan seringkali di tangan orang salah jus sayur dijadikan senjata utama untuk hidup sehat. Senjata utama yang ditempatkan secara kebablasan.

Banyak orang abai makan sehat gara-gara jus sayur. Awalnya merasa bersalah bahwa makanan yang dikonsumi terlalu meleset dari koridor kebutuhan. Makanan tinggi lemak, protein hewani terlalu banyak, makanan prosesan, tinggi gula, tinggi garam, dan lain sebagainya. Enak tentu saja, tapi rasa bersalah serta efek tidak nyaman yang ditimbulkan membuat jus sayur menjadi sarana pelarian. Semacam senjata pamungkas. Awalnya kandungan enzim,  antioksidan, dan serat yang ada bisa jadi membuat rasa tidak nyaman tertolong. Tapi kemudian di sini letak kekeliruan berawal.
        Berangkat dari situ. Jadilah kebiasaan mengandalkan jus sayur sebagai senjata menghias kegiatan harian. Makan lepas kontrol dari koridor aturan. Merasa bebas makan apa saja yang disuka, karena ada jus sayur yang bisa jadi penyelamat. Konyolnya lagi orang-orang semacam demikian sering menggembar-gemborkan diri sebagai pelaku hidup sehat. Padahal sejatinya mereka jauh dari disiplin hidup semacam demikian.


Tidak Mewakili Gaya Hidup Sehat
Apa yang terjadi dengan orang abai disiplin hidup tersebut? Biasanya saat mereka jatuh sakit, banyak orang akan bersorak dan menertawakan pilihan hidup mereka. “Buat apa capek-capek hidup sehat kalau jatuh sakit dan susah sembuh juga?” Atau kalau sakitnya parah, ejekannya biasa lebih menyakitkan lagi, “Gara-gara sok hidup sehat malah sakit anu” Pelampiasan ini acapkali adalah imbas dari gaya hidup 'ekslusif' yang diperlihatkan seseorang. Bisa jadi orang itu sebenarnya tidak memamerkan tapi reaksi dari orang lain yang tidak terlalu menyukai ada perbedaan gaya hidup di antara mereka.

    
    Padahal kita tahu, bukan upaya hidup sehatnya yang membuat dia sakit. Tapi salah kaprah dalam menjalani. Apa yang dia lakukan sebenarnya tidak mewakili gaya hidup sehat sejati. Hidup sehat adalah memberikan tubuh apa yang dibutuhkan dan menjauhi apa yang merugikan dalam koridor rutinitas harian. Tubuh bisa mencapai titik maksimal kesehatan bila ia bisa mengenali ritual-ritual baik yang selalu muncul secara konstan dalam kehidupan harian. Tubuh juga tidak mudah sakit, bila ekspos hal buruk tidak terus-terusan menghiasi hidup sehari-hari.
        Jadi kalau disiplin angin-anginan kemudian jatuh sakit, ya jangan heran. Jangan kemudian merasa sewot kehilangan kepercayaan pada upaya hidup sehat dengan patuh pada hukum alam. Kalau sejatinya memang ada kesalahan, berulang-ulang, yang dilakukan. Minum jus bukan manifestasi utama dari hidup sehat. Dia adalah bagian dari upaya untuk hidup sehat. Gunakan secara tepat.

Comments

Popular posts from this blog

Tentang Ibu Saya & Kanker Paru-parunya

Salah Diet Ngakunya Healing Crisis

Jatuh Sakit Karena Apa Yang Kita Lakukan