Meminimalisir Masalah Pasca Vaksin

“Lu kemarin abis vaksin?” Tanya seorang teman saat melihat foto bersepeda saya di sosial media. “Iya” Jawab saya pendek. “Sinting! Lu vaksin AZ kan? Gue kayak semaput abis vaksin itu. 4 hari gue terkapar” Jawabnya sembari mengomel. Saya cuma tertawa kecil, “Ya gak aneh sih, gue selama vaksin sangat ketat mengontrol apa yang gue makan minum” Agak kaget, dia bertanya spontan “Emang ngaruh?”

Nah ini yang jadi isu utama 


Menjalani Tanpa Masalah

Pasca vaksin lalu mendapat gangguan kesehatan itu sebenarnya hal biasa. Istilah resminya adalah KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) “Lho kok imunisasi?” Ya itu kan istilah lain dari vaksinasi. Intinya tindakan yang menstimulan kekebalan tubuh agar muncul. Rangkaian keluhan yang muncul bila memahami reaksi daya tahan dalam menghadapi serbuan jasad renik asing, seperti virus dan bakteri, sebenarnya adalah hal lumrah. Setidaknya menjadi penanda bahwa sistem pertahanan tubuh kita berfungsi normal. Yang jadi masalah, seberapa parah? Kalau berlebihan seperti melebihi 3-4 hari dengan tingkat masalah yang membuat keseharian kita terganggu, bisa jadi itu indikator tubuh kita memiliki organ dan sistem yang tidak terawat baik berdasar gaya hidup yang dijalani.

Saya mendapatkan jatah vaksin Astra Zeneca. Vaksin satu ini agak notorious dengan cirinya sering memberi efek agak berat. Mulai dari demam, pening, gangguan pencernaan, nyeri otot, dan lain sebagainya. Pertama kali saya mendapatkan suntikan, tidak terlalu banyak efek yang saya rasakan secara signifikan. Kecuali rasa haus yang amat sangat saat terbangun di malam hari. Dan rasa dingin yang melebihi biasanya. Saya tetap tenang karena paham ada reaksi metabolisme ekstra yang sedang terjadi dalam tubuh. Keesokan harinya saya terbangun dalam kondisi bugar dan menjalani aktivitas bersepeda selama 2 jam tanpa mengalami masalah berarti.

Jatah kali kedua suntikan saya berlangsung agak sedikit lebih lama. Ini memang ciri AZ dibanding jenis vaksin lain seperti Sinovac, Pfizer dan sejenisnya. Hampir 3 bulan rentangnya. Saat waktunya tiba saya menjalani dengan biasa seperti yang pertama. Kali ini rasa haus dan dingin malam hari tidak lagi mengganggu. Hanya rasa kantuk agak kuat mendominasi dan membuat saya tidur lebih cepat dari biasa. Keesokan hari saya terbangun tanpa ada gangguan apa-apa. Dan kembali beraktivitas bersepeda selama 2.5 jam. Puji Tuhan tanpa masalah apapun.

        Uniknya kali ini saya sedikit bereksperimen dengan apa yang dimakan. Saya mencoba mengkonsumsi sepotong ayam filet berbalutkan tepung panir. Setelah menunggu beberapa jam, reaksi yang keluar adalah berupa rasa pusing sebelah (migraine) yang cukup mengganggu walau tergolong ringan. Segera setelah mengembalikan disiplin makan minum, tidak beberapa lama pusing sebelah itu mereda dan saya bisa tidur tenang malam hari untuk, puji Tuhan, bangun dalam keadaan segar keesokan harinya.


Memperhatikan Asupan

Eksperimen saya tersebut memperlihatkan bahwa sistem cerna berperan sangat penting dalam isu daya tahan serta tindakan stimulan seperti vaksinasi ini. Selama pandemi kita memang kerap diingatkan pada sebuah fakta terlupakan “Bahwa 70% sistem pertahanan tubuh kita dibangun oleh bakteri baik yang bersemayam dalam usus” Mengabaikan kesehatan usus ya jelas akan mempengaruhi kemampuan tubuh memproses tindakan stimulan daya tahan seperti vaksin.

Mengkonsumsi makanan minuman yang mengingkari kodrat cerna manusia tentu melahirkan masalah berat saat menghadapi kondisi tertentu. Salah satunya sangat mungkin KIPI yang mengganggu dalam isu vaksinasi. Secara empiris bisa ditelusuri bahwa mereka yang terganggu sangat pasca vaksin seringkali ditemui mereka yang terbiasa mengkonsumsi makanan minuman berlawanan dengan kodrat sistem cerna manusia sebagai kegiatan sehari-hari. Mengacu pada fakta bakteri usus berperan penting, temuan ini tidak terlalu mengejutkan. Mereka yang ususnya tidak terawat baik, sangat wajar bila bermasalah dengan KIPI.

Saya sudah sering menulis sistem cerna manusia lebih condong sebagai vegetarian. Mengkonsumsi bahan makanan yang sesuai serta ada dalam bentuk terbaik tentu memudahkan tubuh menjalankan fungsinya. Bila dalam keseharian manifestasinya adalah kualitas kesehatan terjaga, dalam isu khusus seperti vaksin, bisa jadi manifestasinya adalah gangguan KIPI yang tidak terlalu signifikan. 

Jangan heran bila saya sangat disiplin menjaga asupan makanan minuman selama vaksin. Melebihi kecermaatan saya dalam keseharian. Makan buah serta sayuran segar lebih masif dan beragam. Ekslusif minum air putih berkualitas secara berkala dalam jumlah lebih banyak. Dan hasilnya sudah terlihat sesuai paparan yang saya berikan. Uniknya, tidak hanya saya, beberapa rekan pelaku makan sehat Food Combining atau lainnya yang memiliki garis besar sama, juga melaporkan hal serupa. KIPI tidak menjadi masalah berarti.

Temuan ini menarik bila diaplikasikan dalam skala lebih besar dan kolektif. Ketakutan berlebihan yang mungkin membuat orang enggan menjalani program vaksin bisa ditekan, dan program pemerintah menciptakan kekebalan komunitas (herd immunity) bisa tercapai tanpa hambatan. Dan kita semua bisa melewati serta bangkit dari pandemi ini dengan baik.


Comments

Popular posts from this blog

Tentang Ibu Saya & Kanker Paru-parunya

Salah Diet Ngakunya Healing Crisis

Jatuh Sakit Karena Apa Yang Kita Lakukan