Tanya Jawab Acara "NGOBROL" Penerbit Buku Kompas
Adil Turnip 03:06 PM
Apa yang menjadi motivasi utama Mas Erykar untuk menulis buku dan bagaimana menjaga motivasi itu (pasti dong ada dinamika/pasang surut)? Saya setuju setiap orang bisa jadi penulis dan banyak hal yang bisa dijadikan tulisan, apa yang membuat Mas Erykar percaya bahwa tulisan Mas akan berguna? Saya sangat berkeinginan bisa menulis buku. Terima kasih
Motivasi dalam konteks upaya mengedukasi hidup sehat. Jadi menulis buku adalah salah manifestasi dari upaya tersebut. Lagipula nulis buku memenuhi obsesi saya sebagai pecinta buku, punya buku karangan sendiri. Obsesi normal lah buat kalangan model saya begini.
Untuk bisa tahu apakah tulisan kita berguna atau tidak, jelas dimulai dengan memahami secara mendasar serta kemudian menguasai sangat materi apapun yang kita tulis. Lalu koneksikan dengan pangsa pasar yang bisa menjadi target pembaca tulisan atau bahkan pembeli buku kita. Cari jalur publikasi dan pemasaran yang tepat untuk mereka. Semisal buku saya, jelas cocok kalau dipasarkan di kalangan ibu-ibu arisan. Tapi kalau mas Adi tertarik menulis tentang tren otomotif, menjadikan ibu-ibu arisan sebagai target pasar dan cara memasarkan, rasanya kurang tepat.
-------------
Dahlia Silitonga 03:06 PM
Selamat sore mas Erikar, bagaimana cara mengubah perilaku manusia dari yg hidup tidak sehat menjadi hidup sehat? terimakasih. Dahlia, SKM
Dalam urusan kesehatan, saya percaya untuk selalu mengindari upaya agresif, seperti mengubah. Saya lebih tertarik mengedukasi dan mencontohkan. Lakukan secara ikhlas, jadi perkara didengar, diikuti atau diacuhkan hingga bahkan dihina sekalipun Anda tidak akan terpengaruh secara signifikan. Biasa saja. Isunya kan mengedukasi. Dan mayoritas tidak ada orang yang bisa diedukasi, kalau dari dirinya sendiri tidak ada keinginan mengikuti.
---------------
Muhammad Sapi'i 03:08 PM
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Mohon izin bertanya Mas Erik, terima kasih banyak sebelumnya kepada Tim Buku Kompas. Nama: Muhammad Sapi’i Pertanyaan: Adagium ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’ harus terus dijaga, semisal di masa pandemi covid-19 seperti ini. Sebab, kesehatan itu mahal harganya. Oleh karena itu, menjaga kesehatan sama saja dengan berinvestasi, walaupun tak menghasilkan keuntungan material, dampaknya jauh lebih berharga daripada materi karena menyangkut kesehatan diri, bahkan juga orang lain. Menyikapi hal tersebut, langkah preventif apa saja menurut Mas Erik yang harus dilakukan, khususnya di masa pandemi covid-19 seperti saat ini? Mohon tipsnya Mas Erik? Terima kasih.
Jelas dengan menjaga gaya hidup sehari-hari. Di mana soko gurunya adalah menjaga apa yang kita makan dan minum. Komunitas yang saya kelola, pelaku Food Combining misalnya, sudah banyak merasakan manfaat disiplin yang kita pupuk selama ini, terutama di era pandemi seperti sekarang.
---------
Susanti Susanti 03:12 PM
bagaimana tips dari Mas untuk mengangkat tema kesehatan sesuai kondisi kekinian secara berkaitan (berkesinambungan) dengan gaya tulis kita biasanya ya, mas?? makasih infonya, mas
Saya beruntung lahir di era saat sosial media bisa menjadi corong pengeras suara dari apa yang saya edukasikan. Jadi saya yang bukan siapa-siapa, selama apa yang saya sampaikan rasional dan memberikan hasil signifikan untuk mengubah kesehatan ternyata bisa mendapatkan reaksi penerimaan yang luar biasa dari publik. Dan kebetulan sebagai generasi muda yang (mengaku) kekinian, gaya tulis serta gaya bahasa yang saya pergunakan juga bisa memudahkan proses penerimaan tersebut.
---------
Alfredi Lakebelek 03:14 PM
Mau bertanya. 1.Bagaimana caranya mendapatkan /membeli buku mas Erika Lebang 2. Istri Saya kena kanker usus, dan dioperasi bulan september 2019,lanjut 8 kali Kemotrapi, dan dilanjutkan lagi radiotrapi/dilaser 12 kali, di RD Jogja. sekarang lanjut minum obat dan sudah kembali Ke Kalimantan utara.
Istri saya takut minum obat terus. Mohon pencerahan nya agar bisa tinggalkan obat, dengan pola makan sehat ala mas Erikar. Trimakasih
1. Di toko buku, penerbit dan tentu saja (hare gene) di online market place kayak Tokopedia, ada banyaks sellernya
2. Kanker usus relatif mudah sih. Cuma ngerjainnya yang susah. Mengubah total pola makan. Membuang kebiasaan buruk dan mengadopsi kebiasaan baik. Menjauhi asupan makanan penyebab kanker dan mengkonsumsi makanan yang menyehatkan dan tentunya menyulitkan sel kanker hidup. Mudah diutarakan, sulit dilakukan bila komitmen rendah. Pola makan Food Combining (bila benar dilakukan) bisa menjadi acuan.
-------
Adjie Rachmadji Primantoro 03:18 PM
Mas Erikar, apakah orang yang selama ini salah menerapkan mengonsumsi makan sehat, setelah tahu cara makan sehat, tetap bisa mewujudkan hidup yg 100% sehat ? Atau sudah ga bisa maksimal mewujudkan hidup sehat ?
Tidak seperti didikan atau yang dipercayai dunia kesehatan sosial konvensional umumnya, kemampuan tubuh manusia mengembalikan kondisi normal atau menyembuhkan dirinya sendiri itu luar biasa mengagumkan. Tanpa harus melalui banyak fase pengobatan, operasi atau tindakan invasif lainnya sekalipun. Selama hidup sehatnya, nah ini yang berat, dilakukan dengan konsisten dan penuh komitmen.
--------
Ina Tanaya 03:47 PM
Jika saya sudah di vonis sbg penyandang IBS (Irrestible Bowel Syndrome), sering salah makan membuat saya mules terus, tanpa diketahui apa penyebabnya. Sudah endoscopy hampir 3 tahun sekali, tidak ada ditemukan apa-apa. Sumber makanan apa yang biasanya memicu orang jadi IBS? Karena dari dokter hanya disarankan untuk tidak makan pedas, santan, asam. Sudah dilakukan tanpa ada perubahan...
Irresistible Bowel Syndrome mutlak adalah manifestasi salah makan menahun. Sederhana? Jelas! Kenapa jadi rumit? Karena dunia kesehatan konvensional itu sangat minim pengetahuan cara makan yang benar. Seni makan sehat adalah sisi keilmuan yang patut diberi nilai merah dalam dunia kesehatan yang kita kenal selama ini. Makanya kondisi seperti Anda dengan mudah dicap “tidak ditemukan apa-apa”, karena memang pemahaman seni makan sehat ahli kesehatan rujukan Anda sangat minim.
Apa penyebabnya? Bisa banyak sekali. Mulai dari rutinitas makan makanan yang tidak sesuai kerja sistem cerna, semisal protein hewani, produk tepung-tepungan, makanan prosesan, makanan pabrikan dan sejenisnya. Hingga ke kebiasaan minum beragam substansi yang juga merusak sistem cerna, susu, teh, dan kopi semisal. Isunya mampu atau tidak seseorang yang bermasalah kesehatan mengenyahkan kebiasaan buruknya, yang umumnya telah dilakukan menahun, dengan kebiasaan baru yang bertolak belakang dan lebih baik? Kalau mampu, baru bisa terjadi perbaikan secara signifikan yang mengarah pada hidup sehat berkualitas.
Comments
Post a Comment