No Cheating Day Untuk Penderita Kanker
“Jadi bagaimana kalau sesekali penderita kanker masih makan protein hewani atau makanan yang tidak baik lainnya?” Tanya seseorang saat kami sedang duduk menunggu pembelian mesin Kangen Water keluar dari tempat penyimpanan. “Wah, agak repot menjelaskan ke arah situ” Jawab saya sambil tersenyum. “Boleh atau tidak?” Tanya beliau lagi. “Isunya bukan dari sisi boleh atau tidak? Lebih ke sisi akibat”
Konsep menggunakan perubahan pola hidup untuk mencapai kesembuhan hakiki memang sulit dipahami begitu saja oleh banyak orang. Karena isunya adalah mengubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan menahun. Berpuluh-puluh tahun bahkan!
Penyakit Akibat Gaya Hidup
Sebelum memulai tulisan ini, kita harus sepakat, atau setidaknya sepaham, pada pemikiran yang menempatkan bahwa mayoritas penyakit adalah akibat dari kesalahan gaya hidup yang bersifat akumulatif. Kita tidak mudah menyalahkan genetika, lingkungan, atau faktor non konkrit seperti stres. Semua itu mungkin memiliki kontribusi, tapi tidak sebesar apa yang kita lakukan dengan gaya hidup kita.
Terkait kanker semisal, kita mengacu pada temuan yang dipublikasikan di US National Library of Medicine National Institute of Health bahwa “kanker adalah penyakit yang bisa dicegah dengan mengubah gaya hidup”. Penulisan ini memaparkan hanya 3-5% faktor penyakit disebabkan oleh hal di luar gaya hidup. Kita tentu bisa mengekspansi hal ini ke banyak faktor penyebab penyakit lainnya. Karena banyak sekali penyakit yang bisa muncul bila dikaitkan dengan gaya hidup yang salah.
Dalam beragam tulisan sudah sangat sering saya jelaskan bahwa makanan adalah bagian paling elementer dari gaya hidup tersebut. Orang sering menyalahkan kurang olahraga, dan stres sebagai penyebab penyakit. Tapi secara persentase, sebenarnya jumlah yang disumbangkan keteledoran dalam hal ini tidak sebesar masalah yang ditimbulkan saat pola makan buruk dilakukan secara menahun. Apalagi bila mengingat mayoritas makanan enek favorit yang disantap sejak usia kecil hingga dewasa adalah makanan buruk bagi kesehatan.
Masalah lainnya seni makan sehat yang benar masih jadi misteri bagi mayoritas orang. Bahkan kebanyakan ahli kesehatan sekalipun. Itu sebabnya ketimbang diminta mengkoreksi pola makan atau mengubahnya menjadi pola makan sehat, kebanyakan orang lebih membahas sisi kurang olahraga atau tekanan stres. Wilayahnya lebih abstrak dan sulit dikendalikan secara konkrit.
Memberikan Penyakit Kesempatan Hidup
Setiap sel tubuh kita punya siklus untuk diganti. Selama menunggu masa penggantian, sel butuh perawatan. Perawatan dan penggantian sel, bahan baku utamanya hadir dari apa yang kita makan. Di sisi ini kita harus sadar bahwa seni makan sehat mengambil porsi sangat besar dalam menentukan seseorang itu akan sakit atau sehat?
Kalau Anda punya hobi makan enak yang tidak baik bagi kesehatan. Otomatis dari Anda kecil, muda, hingga dewasa, ekspos makanan ini akan bertubi-tubi masuk dalam tubuh Anda. Bayangkan bahan baku dan perawatan seperti apa yang membentuk sel-sel tubuh Anda. Dan ini terjadi bukan dalam hitungan hari, minggu, ataupun bulan. Semua terjadi dalam rentang waktu tahunan, belasan hingga puluhan. Jangan heran bila satu waktu sel-sel tubuh Anda berubah sifat dan menjadi sulit dikontrol seperti sel kanker.
Kalaupun ia tidak berubah menjadi sel kanker, setidaknya sel-sel tersebut juga gagal menunjang fungsinya dalam membentuk organ sehat yang menjadi bagian dari sistem kehidupan manusia. Semisal sel-sel pembentuk darah yang buruk, akan menggetas, dan menjurus ke sisi penumpukan kolesterol, yang memicu darah tinggi hingga gagal jantung atau stroke di satu waktu.
Itu sebabnya saya hanya tersenyum saat menerima pertanyaaan, bolehkah penderita kanker mengkonsumsi makanan yang tidak baik bagi kesehatan sesekali? Isunya harus dilihat dari sudut pandang berbeda. Kita paham sel kanker muncul akibat ‘diberi makan’ oleh pola makan salah bertubi-tubi dalam waktu panjang. Bukannya membuat sel kankernya kelaparan, hingga mati, dengan memutus rantai sumber makannya, kita malah sesekali memberinya kembali kesempatan dengan memberinya ‘bahan bakar’ untuk hidup kembali.
Komitmen
Untungnya saat ini perlawanan terhadap penyakit kanker mulai menemukan bentuk yang lebih siginifikan dalam masyarakat luas. Paham bahwa menghadapi kanker tidak melulu lewat pengobatan invasif yang seakan menjadi satu-satunya cara, mulai disikapi dengan beragam pola. Salah satu yang populer adalah dengan pengubahan pola gaya hidup. Tentu saja pola makan menjadi motor utama di sini.
Ada yang mengandalkan kandungan antioksidan dalam makanan-minuman untuk menekan bahkan mematikan perkembangan sel kanker. Ada yang secara agresif menekan penunjang hidup sel kanker dengan secara ketat memutus bahan bakar makanan sel nakal tersebut hingga akhirnya mati. Dari sini populer pemakaian konsep #RawFood (RW) sebagai pola makan utama. Karena isu antioksidan tinggi yang dikandung buah serat sayuran segar. Atau dalam skala moderat beberapa orang menoleh pada #FoodCombining (FC). Yang, walau tidak sekuat RW, juga relatif kuat penekanan pada konsumsi makanan kaya antioksidan. Ada juga yang memilih mengganti air minumnya secara ekslusif dengan air berkualitas yang dihasilkan oleh proses elektrisasi dari mesin #AirKangen yang menghasilkan antioksidan sangat tinggi.
Apapun cara yang dipilih, semua baru akan ada fungsi serta hasilnya secara signifikan bila disertai oleh komitmen. Keteguhan niat dan ketetapan hati untuk menjalani. Sadar bahwa tubuh telah beruntun-runtun selama bertahun-tahun dijejali oleh makanan–minuman salah, untuk memperbaiki keadaan perbaikan pola makan radikal harusnya menjadi satu-satunya pilihan.
Kita memang mengenal konsep cheating day dalam gerakan gaya hidup sehat terkait pengaturan pola makan. Sesekali makan enak sebagai hiburan. Tapi bagi penderita kanker, konsep tersebut bisa jadi menjadi big no-no. Tidak dengan beberapa tanda seru sekaligus. Makan sehat bagi penderita kanker adalah komitmen seumur hidup. Karena bisa jadi sekali makanan buruk tersebut masuk dalam tubuh, sel kanker mendapat momentum untuk hidup kembali. Itu sebab idealnya there is no cheating day bagi penderita kanker.
Comments
Post a Comment