Sehat Kuat Padahal Cuma Makan Tumbuhan

“Saran mas makan protein hewani yang dijarangkan kalau mau sehat, bukan?” Inbox seseorang kepada saya. “Masalahnya saya penggiat olahraga pembentuk badan, saran ini membingungkan” Lanjutnya lagi. “Doktrinnya harus mengkonsumsi 2 gram protein per kilogram berat badan. Dengan berat 80 kg, saya butuh 160 gram protein setiap harinya. Saya berusaha kombinasi makan putih telur 20-an butir perhari, dada ayam 5 potong, dan sisanya dari susu khusus pembentuk badan” Paparnya tanpa henti. “Anda jerawatan gak?” Jawab saya pendek. “Lho, kok tahu mas? Sampek punggung-punggung saya dipenuhi jerawat! Ih hebat!” Jawabnya takjub.

Saya tersenyum sendiri. Bukannya saya yang hebat. Tapi aneka ragam protein hewani dalam jumlah terkonsentrasi tinggi seperti itu pasti memberikan masalah bagi pencernaan tubuh manusia. Usus manusia kelewat panjang untuk memproses protein hewani yang rentan mudah busuk melewati perjalanan waktu. Saya membayangkan bila tiba di terminal terakhir, usus besar, makanan sarat protein hewani itu sudah dalam keadaan membusuk. Akhirnya menumpuk, terfermentasi, dan uapnya terserap kembali oleh tubuh. Belum bicara toksin yang terserap oleh dinding usus. 

    Ekosistim ususnya pasti ancur-ancuran, mikroba susah hidup di sana. Daya tahan buruk dan tubuh dipaksa mengeluarkan beragam alarm peringatan. Reaksi saya akan pertanyaan tentang jerawat itu sebenarnya tidak istimewa. Karena pori-pori kulit adalah salah satu cara tubuh secara darurat mengeluarkan masalah. Bila yang keluar dari pori-pori adalah racun akibat tumpukan sampah, jangan heran bila ia berubah wujud menjadi jerawat. Anggap saja itu sebagai salah satu alarm keluaran tubuh.

    Itu baru di level jerawat. Saya belum iseng menebak masalah gangguan kulit serius, bau badan, keringat berbau badan, bau mulut menyengat, migren, sering pilek, hingga sembelit berkepanjangan pada orang yang bertanya tadi. Bayangkan kalau benar semua, bisa dikira dukun saya!


Pemakan Tumbuhan Tren Terkini

Netflix, perusahaan film ternama, merilis sebuah film dokumenter berjudul The Game Changer. Film ini cukup kontroversial, karena isinya adalah sekumpulan fakta, testimoni dari pelaku olahraga atau mereka yang hidupnya dipenuhi aktivitas fisik namun menggantungkan diri dengan pola hidup vegetarian, plant based diet, hingga vegan murni. Yang keren lagi, film ini memaparkan bukti ilmiah yang cukup komprehensif tentang keunggulan gaya hidup ini ketimbang apa yang menjadi pola pikir umum di masyarakat.

    Banyak sekali ditampilkan dokumentasi olahragawan, tentunya dengan kebutuhan otot prima, pria maupun wanita yang memilih menjadi pemakan tumbuhan. Di sana terbukti pilihan makanan mereka, terkait prestasi, sama sekali tidak mengganggu. Malahan sangat membantu. 

    Film ini sebenarnya tidak banyak berbeda dengan realita yang ada di masayarakat. Konsep hidup hanya memakan apa yang tumbuh dari tanah, tumbuhan, sebenarnya malah (sangat) jauh lebih tua ketimbang manusia mengkonsumsi makanan protein hewani, daging, atau makanan prosesan yang kita kenal secara umum sekarang. Usia budaya nenek moyang kita mengkonsumsi makanan segar dari tumbuhan sama tuanya dengan usia manusia menghuni planet ini. 

Bila kemudian pola makan tersebut menjadi tren makan terkini, seharusnya kita tidak usah heran. Manusia selalu berupaya mencari apa yang terbaik bagi kehidupannya, terutama kesehatan. Dan kembali ke fitrah makan tumbuhan adalah salah satu bentuk upaya tersebut.


Vegetarian Tidak Membuat Pertumbuhan Otot Terganggu

Sebenarnya pendekatan ini sudah cukup lama dikenal di dunia atlit. Beberapa tokoh legenda binaraga, cabang olahraga yang identik dengan pola makan tinggi protein terutama hewani,  malah memilih tumbuh-tumbuhan sebagai sumber energi mereka. Dan tidak seperti yang ditakutkan kebanyakan orang, ketiadaan protein hewani dalam menu harian mereka, tidak membuat pertumbuhan otot mereka terganggu sama sekali.

    Kandungan protein pada sayuran keras seperti brokoli semisal sekitar 3 gr, untuk 100 gr sayuran. Lumayan bukan? Memang lebih rendah dari telur ayam, 11 gr per 100 gr. Tapi tidak terlalu jauh dari susu, yang mengandung 3.4 gr. Lagipula mengkonsumsi sayuran, dengan benar, dalam jumlah banyak tidak memberikan masalah serius bagi pencernaan atau metabolisme secara jangka pendek maupun panjang. Bandingkan dengan protein hewani yang bila dikonsumsi terlalu banyak akan memberikan masalah bagi kesehatan seperti dipaparkan di atas. Tambakan lagi dari sisi, penumpukan sampah pada sel dan bahkan depresei berkepanjangan. Yang semuanya tentu rentan membuat masalah serius di kemudian hari.  

Dari sisi asam amino yang membentuk protein, tumbuhan memang memiliki ragam jumlah yang relatif sedikit ketimbang daging dan protein hewani lainnya. Tapi kesederhanaan itu membuatnya mudah diproses ulang tubuh sehingga minim resiko cacat proses yang membuat sel-sel tubuh bersih dari ‘sampah’. Walau dipenuhi otot bertonjolan, sel-sel pembentuk otot pelaku vegetarian relatif bebas masalah. Itu sebabnya semakin banyak atlit binaraga yang menganut konsep makan tumbuh-tumbuhan. Karena menemukan banyak kasus di mana pelakunya bisa menua tanpa banyak mengalami problem kesehatan tubuh. Satu hal yang umum menjadi momok bagi atlit dengan pola makan konvensional.


Kuat Namun Tetap Sehat

Untuk mendapatkan asam amino cukup, pelaku olahraga pemakan sayuran biasanya mengkonsumsi beragam sayuran aneka bentuk dan warna sekali waktu santap. Sehingga perawatan otot tetap bisa terjaga baik.

Tapi bila isunya diubah ke sisi ketersediaan energi yang dibutuhkan saat olahraga, konsumsi tumbuhan justru lebih memudahkan tubuh mendapatkan sumber energi. Karena basis buah dan sayuran sebagai tumbuhan adalah karbohidrat. Seperti kita ketahui, dibanding dengan protein serta lemak, karbohidrat lebih mudah diproses menjadi energi. Dengan ini kita bisa mematahkan logika salah kaprah bahwa “tidak makan daging membuat kita menjadi lemah”

    Menarik bukan? Film Game Changer tadi tidak salah sama sekali. Anda bisa lebih berprestasi dalam olahraga dengan mengkonsumsi makanan yang benar dibutuhkan tubuh. Bukan makanan yang sekedar diasumsikan baik bagi tubuh, tapi sejatinya memberikan masalah jangka pendek maupun panjang. Sumber energi yang mudah diserap tubuh membuat stamina menjadi terjaga. Karena tidak banyak energi terbuang percuma untuk mencerna. Kualitas fisik secara muskuloskeletal, koordinasi otot-sendi-tulang, juga prima sehingga tidak mudah cedera dan relatif panjang usia karir olahraganya.

    Sebagai orang biasa pun hidup Anda bisa menjadi lebih enerjik serta bertenaga bila makanan yang Anda konsumsi adalah makanan yang benar. Performa prima dalam menghadapi hari-hari. Tidak mudah sakit dan tahan banting menghadapi segala tantangan. Kuat dan sehat karena makanannya tepat.




Comments

Popular posts from this blog

Tentang Ibu Saya & Kanker Paru-parunya

Salah Diet Ngakunya Healing Crisis

Jatuh Sakit Karena Apa Yang Kita Lakukan