Masalah Yang Muncul Saat Rutin Minum Teh
Dalam satu kesempatan saya bertemu dengan seorang teman yang memiliki kerabat dekat penderita kanker di salah satu organ vital tubuhnya. “Apa kabar kankernya?” Tanya saya. “Dia sudah berusaha hidup sehat sih. Tapi baru-baru ini penanda kankernya meningkat” Katanya. “Oh ya? Sayang sekali” Jawab saya prihatin. “Iya, kata dokternya biasanya ini terjadi pada penderita kanker yang punya kebiasaan minum teh. Kebetulan beliau memang suka minum teh” Jawabnya lagi. “Memang bisa ya teh menjadi pemicu masalah bagi penderita kanker?” Sambungnya.
Di sisi ini saya menjadi agak prihatin. Terkait kebiasaan dan ketidak mampuan ahli kesehatannya memberikan penjelasan komprehensif pada pasien. Sekedar diberi informasi bahwa teh itu memiliki efek buruk bagi sel kanker seringkali tidak cukup. Alasan logis yang kuat, walau sederhana, di balik sebuah fenomena harus ikutan diberikan agar seseorang patuh dan menjauhi hal-hal yang bisa membuat kesehatannya menjadi buruk. Apalagi bagi seorang penderita kanker.
Merusak Sel
Mengapa penanda sel kanker seseorang meningkat saat ia rutin minum teh? Walau mungkin belum ada penelitian lebih lanjut tentang hal ini. Secara empiris temuan yang sering dipaparkan oleh beberapa ahli kesehatan khusus kanker ini bisa dijelaskan dari beberapa perspektif.
Yang paling mudah, teh memicu efek diuretikal. Pengurasan cairan tubuh. Analogi jumlah yang paling umum adalah saat Anda minum segelas teh, bersiap untuk kehilangan cairan tubuh sebanyak tiga gelas dalam ukuran sama. Tentu ini memicu dehidrasi, atau kekurangan cairan dalam tubuh. Sayangnya memang rasa ini sering tidak diterjemahkan tubuh dengan rasa haus, karena efek teh bisa memuaskan sensasi haus di level reseptor otak. Akibatnya seseorang tersiksa oleh efek merusak dehidrasi tanpa disadari olehnya.
Hal demikian tidak berlaku dalam sel-sel tubuh. Karena sel terdiri dari mayoritas cairan, dehidrasi jelas merusak fungsi mereka. Sel-sel rusak ini rentan sekali berubah sifat menjadi radikal, memicu munculnya sel kanker. Di sisi lain, sel demikian juga sangat mudah tubuh menjadi sel kanker baru. Sehingga koloni sel kanker dalam tubuh menjadi besar dan mendominasi. Di sisi ini resiko kematian menjadi lebih besar.
Penelitian Profesor Masayuki Kawanishi dari Fakultas Kesehatan Universitas Mie, Jepang, yang dipresentasikan dalam sebuah Konferensi tentang Kanker 2003. Mengatakan bahwa kandungan teh yang dianggap tinggi antioksidan juga dapat memicu perubahan DNA, peta instruksi yang dibutuhkan untuk membangun komponen lain dari sel. Di sisi lain ia juga menekankan teknologi yang merekayasa budi daya pohon teh juga memiliki efek pemicu pemudah sel-sel sehat berubah menjadi sel kanker.
Memicu Tekanan Mental
Teh juga memiliki efek samping dari sisi psikologis. Apabila Anda menderita mudah mengalami masalah stres, kadang dipicu masalah ringan sekalipun bisa jadi rutinitas minum teh bisa jadi biang keladi. Atau bila Anda menderita depresi berkepanjangan, kebiasaan konsumsi teh pun bukan tidak mungkin adalah biang keladi.
Masalah ini ditengarai muncul akibat kafein yang terkandung dalam teh. Sebuah penelitian di Amerika Serikat semisal, penyakit mental ini adalah hal umum. Jajak tahunan yang diprakarsai oleh American Psychiatry Association menemukan, 39 persen responden merasa lebih cemas daripada tahun lalu. Kebiasaan minum rata-rata 3 cangkir teh atau kopi yang mengandung kafein sehari ditengarai adalah kebiasaan yang memperburuk gejala kecemasan ini. Salah seorang pakar, Mary Margaret Sweeney, instruktur Unit Penelitian Farmakologi Perilaku Kedokteran Johns Hopkins, mengatakan kafein memicu produksi adenosin. Satu bahan kimia yang membantu mengatur gairah. "Inilah sebabnya mengapa kafein bersifat merangsang," kata beliau. Sensasi gairah yang energetik itu sayangnya seringkali tidak bisa dikonversikan tubuh secara benar. Lebih sering menjadi masalah rasa gelisah dan depresi berkepanjangan.
Dibanding kopi, teh dianggap memiliki efek samping yang lebih ringan, akibatnya banyak orang mengkonsumsi dalam jumlah banyak di berbagai kesempatan. Kebiasaan ini memperparah efek kafein yang bersifat sangat bioavailable, istilah penetrasi sebuah substansi dalam tubuh. Hampir 100 persen dari kafein dalam kopi atau teh, efektif diserap. Karena itu efeknya tak bisa hilang secara cepat meski kita berusaha hentikan secara drastis kebiasaan minum teh.
Mengganggu Pencernaan
Ritual minum teh juga memberi efek anatomis-fisiologis yang tidak kalah signifkan dibanding psikologis. Teh memicu efek samping merugikan lain seperti insomnia, debar jantung tidak terkendali, dan gangguan organ-organ vital pencernaan. Dari sisi pencernaan, kebiasaan minum teh saat makan jelas sangat merusak kesehatan. Perhatikan saja, saat di rumah makan, mayoritas orang saat memesan sangat umum ditemukan meminta teh sebagai peneman makanan utama.
Padahal teh memiliki efek mengikat beberapa mineral penting. Dari sisi zat besi semisal diperlukan tubuh pada pembentukan hemoglobin (Hb) yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan seluruh jaringan tubuh. Hemoglobin dibentuk dari gabungan protein dan zat besi dan terdapat di dalam sel darah merah dan jika manusia kekurangan hemoglobin maka orang tersebut dapat menderita anemia. Jangan heran bila penderita anemia, mereka yang sering merasa lesu, lelah tanpa sebab jelas, bila ditelusuri memiliki kebiasaan minum teh menahun yang rutin.
Secara mitos pun, banyak orang mengkonsumsi teh hijau untuk isu kandungan antioksidan, yang bisa memberi efek awet muda, anti kanker, hingga efek melangsingkan tubuh. Tapi secara faktual sudah ditengarai dari lama kandungan tanin, yang justru akumulasi dari antioksidan, pemberi rasa sepat, dalam teh memiliki efek mengikis selaput lendir pelindung organ cerna. Teh hijau sangat tinggi kandungan taninnya. Itu sebabnya lewat tes endoskopi umum terlihat luka dinding lambung atau organ cerna dialami oleh mereka yang punya kebiasaan minum teh, apalagi teh hijau, rutin setiap hari. Bila Anda memiliki problem luka lambung menahun atau yang lebih serius luka pada usus, sebelum menjadi lebih buruk, kebiasaan minum teh ini harus dikoreksi ulang.
Waktu bicara usus, ingat apa yang menjadi topik utama selama pandemi ini? Ya bahwa 70% daya tahan tubuh diproduksi di usus. Kita bicara bakteri baik yang hidup di sana dan berperan besar dalam menjadi produser utama daya tahan tubuh. Bila rutin minum teh buruk buat usus, bagaimana bakteri baik bisa hidup? Pikir ulang kebiasaan tersebut untuk tetap dipaksa dilakukan selama masa pandemi ini. Kalau mau sehat tidak mudah tertular penyakit? Otomatis hindari.
Terkait kesehatan, kita harus melihat makanan-minuman dalam beragam sudut pandang. Tidak hanya mengacu pada satu aspek atau efek pada tubuh. Kita harus melihatnya dari beragam sudut pandang. Bila isunya untuk kesehatan, apapun yang dikonsumsi secara berlebihan dan rutin tentu akan memberikan efek samping. Paling tidak dari sisi penumpukan satu unsur yang bisa jadi berbalik merugikan.
Comments
Post a Comment