Bersepeda (tidak) Membuat Daya Tahan Kuat?
“Kok lu malah kendor sepedaan sekarang? Gue lagi kenceng nih” Kata seorang teman lama “Hehe, gue kan sepedaan hampir tiap saat. Bagian dari hidup, bukan buat ngumpul atau pamer di sosmed aja” Jawab saya sambil tertawa. “Ah sombong lu” Balas dia gentian tertawa. Tapi saya mulai tertarik, teman satu ini sudah lama tahu saya bersepeda, dan saya pernah sesekali mengajaknya, karena saya ingat di rumahnya ada sepeda tidak terpakai. Dan itu bukan sepeda murah. Karena tergelitik, saya bertanya. “Eh kok lu jadi sepedaan sih? Bukan dari dulu aja? Nunggu tren?” Ia menjawab dengan antusias, “Karena Covid lah. Gue mau daya tahan tubuh kuat ngelawan virus. Makanya gue rajinin bersepeda”
Saya tertegun
Bersepeda Malah Rentan Melemahkan Daya Tahan
Kalau alasan teman saya ini menjadi pemicu serupa untuk membludaknya tren bersepeda saat ini, rasanya saya jadi jatuh kasihan. Tren bersepeda mengalami peningkatan kurva yang amat tajam. Saya bersepeda dari kecil, rutin bersepeda ke tempat tertentu sampai di usia awal 30-an saya menekuni bersepeda sebagai hobi secara lebih serius. Tahun 2005 bergabung dengan komunitas pesepeda kantoran, kemudian rutin menyambangi beragam daerah untuk bersepeda lintas alam, menanjak, menyusuri jalan beraspal, mencicipi trek sepeda beberapa negara, hingga sekedar bersepeda lipat untuk urusan wisata kuliner. Beragam kota dan beberapa negara sudah saya jelajahi, sambil bersepeda. Tapi animo bersepeda semasif ini, ya baru saya alami sekarang.
Sebagai pecinta sepeda ini jelas adalah hal positif. Tapi bila alasan utamanya adalah seperti paparan temen saya tadi, tren ini membludak karena alasan yang salah. Bersepeda tidak menguatkan daya tahan, setidaknya secara instan. Fakta lain yang harus dilihat malah berlaku sebaliknya, bersepeda itu rentan melemahkan daya tahan.Lho kok bisa? Sangat bisa. Dan alasan di belakangnya pun cukup jelas. Bersepeda memang bisa menguatkan daya tahan, tapi hasil ini hanya berlaku saat ia menjadi aktivitas rutin dan memenuhi kriteria tertentu. Bersepeda memang stimulan yang sangat baik untuk melatih otot, persendian tubuh, dan kepadatan tulang di areal tertentu. Bersepeda juga bisa memperbaiki performa paru-paru dan koordinasi kerjanya dengan jantung. Dua manfaat signifikan ini biasa kita sebut dengan istilah aktivitas kardiovaskuler. Seseorang dengan kondisi kardiovaskuler baik potensial memiliki daya tahan tubuh kuat. Tapi itu adalah hasil dari proses panjang. Bukan tren dadakan, atau bahkan aktivitas bersepeda yang umum kita lihat.
Sejatinya malah bersepeda secara kebanyakan membuat daya tahan tubuh menurun, dan membuat Anda menjadi sasaran empuk bagi serbuan bakteri, parasit, dan virus. Bisa jadi sebagai pesepeda, bagi komunitas jasad renik, Anda adalah target yang menggiurkan.
Tubuh Dipenuhi Radikal Bebas
Salah satu alasan umum adalah hukum alam yang paling mendasar, semua mahluk hidup di bumi menjalankan hidupnya terkait erat dengan oksigen. Sementara oksigen bagaikan agen ganda memiliki fungsi dualisme yang bertentangan, kondradiktif! Di satu sisi oksigen menghidupi mahluk hidup, di sisi lain oksigen perlahan membunuh mahluk yang sama. Bagaimana bisa?
Apapun yang bersentuhan dengan oksigen akan mengalami kerusakan. Saat oksigen menyentuh sesuatu, ia mempengaruhi molekul hingga kehilangan salah satu atomnya. Akibatnya molekul yang kehilangan satu atom itu menjadi liar dan rusak. Reaksi ini bisa bersifat berantai dan menyebabkan kerusakan antar sel. Fenomena demikian biasa kita kenal dengan istilah radikal bebas. Istilah yang dikenal secara umum, tapi tidak banyak yang mengetahui apa maknanya dalam kehidupan?
Cara termudah mengenalinya adalah dengan menganalogikan pada apel yang dikupas. Saat baru dilepas dari kulitnya, daging apel berwarna putih bersih. Tapi saat bersentuhan dengan oksigen, lambat laun warnanya akan berubah kecokelatan. Proses ini biasa disebut dengan istilah oksidasi. Salah satu logika sederhana perusakan oksigen memicu radikal bebas.
Ketika melakukan olah raga kebutuhan akan oksigen mengalami peningkatan signifikan. Ditengarai kebutuhan oksigen selama latihan mampu meningkat hingga 200 kali, dibandingkan saat normal. Limpahan oksigen ini menimbukan kerusakan molekul dan memicu kerusakan berantai antar sel tadi. Bersepeda adalah salah satu bentuk olahraga yang tergolong rakus menghimpun oksigen dalam tubuh. Jadi saat bersepeda sebenarnya kita sedang dipenuhi radikal bebas.Dalam kondisi normal, radikal bebas sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh tubuh untuk beragam kebutuhan. mulai dari melawan infeksi, membunuh jasad renik berbahaya, daur ulang sel dan lain sebagainya. Dan tubuh juga punya fungsi kontrol radikal bebas bernama superoksida dismutase (SOD). Ia akan otomatis menetralisir radikal bebas merusak sel bila ditengarai jumlahnya sudah melebihi batas.
Hanya saja, seiring perjalan waktu, produksi SOD akan mengganggu stabilitas kehidupan. Ada banyak energi yang teralokasi di sana untuk memproduksi. Semakin tua, tubuh semakin selektif menggunakan. Di sinilah tren bersepeda justru bisa berbalik fatal, terutama bila dilakukan oleh mereka yang berusia di atas usia 30-an. Penyedotan energi untuk produksi SOD juga rentan membuat energi hidup secara general menjadi defisit. Padahal energi tersebut memegang peranan penting dalam urusan menjaga daya tahan Anda. Inilah salah satu penjelas mendasar, mengapa bersepeda alih-alih menguatkan daya tahan malah berpotensi kuat melemahkan.
Pola Makan Yang Melemahkan Daya Tahan
Sebenarnya alam memiliki mekanisme pembantu yang bisa menjadi pencegah perusakan radikal bebas. Makanan kaya antioksidan. Makanan ini kaya dengan unsur atom yang bisa disumbangkan untuk memulihkan molekul yang kehilangan atom akibat terkena oksigen. Sehingga kembali normal. Inilah logika mengapa unsur kaya antioksidan sangat potensial mencegah penuaan hingga menyembuhkan penyakit. Buah dan sayuran segar adalah makanan kaya antioksidan. Sayangnya makanan antioksidan rentan terhadap panas. Bila Anda memasaknya, peluang tubuh untuk mendapatkan antioksidan tersebut hilang.
Sayangnya lagi tren makan yang populer di masyarakat adalah acuan pada jumlah kalori. Kalor atau panas, yang menjadi asal kata kalori adalah pola makan berprinsip pada satuan yang dihitung terkait berapa energi dikeluarkan dan berapa energi dimasukkan? Bila energi masuk sesuai dengan energi keluar, maka bentuk tubuh akan ideal. Demikian juga bila energi masuk lebih besar dibanding energi keluar, makan Anda akan kegemukan, hal sebaliknya berlaku. Itu sebabnya orientasi makan sehat acap menjadi salah kaprah, karena prinsip diet kalori tidak memberikan kontribusi sesungguhnya tentang kebutuhan tubuh. Salah satunya antioksidan.Demikian juga pada saat bersepeda. Kebanyakan orang berpendapat karena membutuhkan kalori banyak, maka pasca melakukan aktivitas bersepeda, mereka diperbolehkan makan sebanyak-banyaknya sesuka mereka. Beberapa menggunakan istilah carb loading, protein intake sebagai kompensasi energi yang sudah mereka keluarkan. Bukannya mengkonsumsi makanan kaya antioksidan, mereka justru melimpahi tubuh dengan aneka ragam makanan enak yang teroksidasi parah. Seperti dipanggang, dibakar atau digoreng hingga warnanya kecokelatan keemasan.
Efeknya tubuh kebanjiran radikal bebas lebih banyak lagi. Dari oksigen yang dihirup dan dari aneka makanan teroksidasi, mengganda. Perusakan sel menjadi amat masif, dan terlalu besar untuk bisa ditanggulangi tubuh. Itu sebabnya jangan heran bila banyak yang memperhatikan para pecandu sepeda berubah menjadi menua lebih cepat dari sebelumnya. Karena kerusakan sel mereka terlalu cepat dan tidak tergantikan secara normal oleh tubuh.
Makanan enak yang dianggap ‘halal’ dimakan karena sudah menghabiskan banyak kalori pasca bersepeda juga umumnya adalah makanan berat yang amat sulit dicerna tubuh. Lambung harus memproduksi asam lambung ekstra, usus bekerja keras menggerakkan makanan yang miskin serat dan sulit dipijat agar bisa bergerak, dan makanan tinggi proses yang umumnya miskin nutrisi sejati bagi tubuh. Semua masalah akumulatif ini jelas menyedot energi tubuh yang sangat besar. Dan tentu saja sekali lagi, energi untuk daya tahan tubuh menjadi defisit. Belum bila digabung dengan minuman penguras cairan tubuh seperti kopi, minuman tinggi gula, minuman sulit cerna semacam susu, daya tahan tubuh Anda kian berkurang drastis.
Semoga paparan ini menjelaskan mengapa asumsi bersepeda sesuai tren untuk menguatkan daya tahan tubuh lebih mirip upaya menggantang asap, atau sia-sia. Bersepeda malah rentan beri efek kebalikan, melemahkan daya tahan.
thanks mas erik, energi tubuh harus dijaga
ReplyDelete