Rajin Olahraga Pun (Malah) Bisa Terkena Masalah Jantung


Seorang teman terkena serangan jantung saat sedang berlatih untuk menghadapi  lomba lari jarak jauh yang rutin diikutinya. Kabarnya, di tengah jalan ia mendadak merasa nafasnya tersengal, dadanya sakit, lalu pandangannya mengabur. Ia masih beruntung mendapat pertolongan cepat dari rekan-rekan berlari yang ada di sekelilingnya. Nyawanya tertolong, walau sempat mendekam beberapa saat di rumah sakit.

Teman satu ini sebenarnya memiliki bentuk badan yang relatif ideal. Terutama bagi orang seumuran dia. Di kalangan rekan komunitas pelarinya pun ia tergolong kawakan, bahkan konon sering menjadi rujukan pemberi teknik serta keselamatan dalam olahraga. Walhasil peristiwa ini membuat beberapa orang keheranan.

Saya pribadi sih sama sekali tidak!


Olahraga Pembawa Petaka 

Saat olahraga tubuh menggunakan oksigen dalam jumlah melebihi kebutuhan normal. Karena memerlukan energi ekstra untuk melakukannya, semakin tinggi intensitas olahraga semakin tinggi pula energi yang diperlukan. Semakin tinggi juga kapasitas oksigen yang dibutuhkan. Oksigen memicu reaksi proses Adenosine Triphosphate (ATP) dari glukosa yang dibawa oleh makanan masuk. ATP adalah sumber energi bagi sel-sel tubuh. Bisa dilihat di sini bahwa tanpa oksigen, energi yang dibutuhkan tubuh menjadi mustahil didapat. Bisa dipahami mengapa saat olahraga kita membutuhkan banyak oksigen. 

Karena penyebaran oksigen menggunakan darah, organ yang berperan sangat penting di sini adalah jantung sebagai generator sistem sirkulasi darah serta paru-paru sebagai pensuplai oksigen dalam darah. Berbasiskan logika demikian, banyak orang yang menganggap rajin olahraga akan membuat kerja jantung menjadi lebih baik dalam mensuplai darah ke seluruh tubuh. Juga kerja paru-paru dalam menyumbang oksigen pada darah. Koordinasi kerja paru-paru dan jantung akan menjadi prima seiring rutin olahraga dilakukan. Asumsi yang berangkat dari pemahaman bahwa latihan fisik reguler akan menguatkan otot. Karena kerja jantung dan paru dianggap bergantung pada otot, maka otot kuat akan menjamin kerja jantung dan paru yang juga kuat, dan sehat.

Namun apa lacur saat fakta yang terjadi justru sebaliknya. Di banyak kesempatan, justru pelaku olahraga rutin seringkali didapati mendapat petaka menderita penyakit jantung serius. Tidak jarang diantara mereka meninggal mendadak saat sedang melakukan olahraga itu sendiri. Sebuah kondisi paradoks yang sangat membingungkan bagi banyak orang. Mengapa tubuh yang tampak prima, berotot, ideal dalam berat badan, semuanya akibat olahraga yang terjaga rutinitasnya, namun bisa terkena serangan jantung? Bahkan tidak sedikit yang meregang kehilangan nyawa!


Fungsi Jantung 

Pemahaman kerja jantung amat penting untuk memahami masalah secara jelas. Bila dikaitkan dengan fungsi, bisa dilihat seperti ini proses kerjanya: Jantung bertugas menerima darah. Lalu dipompakan ke paru-paru untuk diisi dengan oksigen. Setelah itu darah segar penuh oksigen dikirim kembali ke jantung untuk dipompa ke seluruh tubuh. Begitu proses mendasar yang membuat manusia bisa hidup. Konversikan logika mendasar ini dengan kebutuhan olahraga yang tinggi akan energi sehingga melipat gandakan kerja jantung mensuplai oksigen bagi tubuh. 

Tapi seiring dengan fungsinya menerima serta mengirim darah, jantung pun memerlukan darah segar beroksigen agar bisa berfungsi normal. Saluran penerima darah segar dari jantung bernama koroner. Dari saluran itu darah segar dialirkan ke otot-otot jantung. Agar segala sesuatu berjalan baik tanpa masalah kita harus memastikan saluran koroner jantung bisa mengalirkan darah dengan lancar tanpa hambatan. Tanpa sumbatan. 

Semakin berat olahraga yang dilakukan, semakin tinggi kebutuhan jantung akan darah segar. Apa yang terjadi saat olahraga tersebut ada dalam intensitas tinggi, jantung harus bekerja keras memompa darah, namun mendadak ia sendiri memiliki masalah karena pasokan darah yang dibutuhkan tidak sesuai kebutuhan? Bayangkan bila Anda harus melompat lebih tinggi, mengangkat lebih berat, berlari lebih cepat, dan memukul lebih keras, tapi nafas Anda tercekik. Itulah yang terjadi pada jantung Anda bila saluran koronernya mengalami penyumbatan. 


Ragam Pemicu Penyumbatan Koroner Jantung

Dengan pemahaman demikian kita bisa mengerti mengapa terjadi kasus seseorang meninggal saat melakukan olahraga. Walaupun ia tergolong rutin dan memiliki jam terbang tinggi dalam melakukan aktivitas tersebut. Seringkali serangan jantung yang menyerang atau mengakhiri hidup saat olahraga terjadi akibat penyumbatan saluran koroner jantung. 

Mengapa saluran pembuluh darah koroner bisa tersumbat? Ada banyak teori yang dikemukakan untuk menjadi penyebab. Tapi ada satu kebiasaan buruk para pelaku olahraga yang sebenarnya sangat membahayakan mereka. Banyak pelaku olahraga menganggap rutinnya mereka beraktivitas bisa membuat mereka leluasa makan apapun. Karena acuannya hanya pada penambahan berat badan atau pembentukan badan. Lahirlah kalimat, atau sangkaan, populer, “Karena sudah rajin olahraga bisa makan apa saja” Sebuah pemahaman tidak cerdas, kalau tidak bisa dikatakan sangat bodoh. 

Olahraga rutin, apalagi yang berintensitas tinggi, akan membuat tubuh membakar kalori secara intensif. Memang problem berat badan bisa teratasi di sini. Tapi yang dilupakan di sini, kualitas kesehatan seringkali tidak tergambarkan oleh berat badan atau komposisi otot tubuh. Rutin mengkonsumsi makanan yang miskin antioksidan semisal akan memudahkan terjadinya kerusakan pada sistem sel tubuh. Bila kerusakan itu terjadi di sel-sel pembentuk saluran koroner jantung, ia akan mengeras, menggetas dan mudah pecah. Untuk mengatasinya tubuh mencari kompensasi dengan memberikan pelapis agar ia kembali elastis, kolesterol LDL (low density lipoprotein) yang bersifat lengket dilaburi ke dinding pembuluh darah. Sayangnya karena kualitas makanan tidak mengalami perbaikan, pelapisan ini terjadi terus menerus hingga lambat laun akan menimbulkan masalah penyumbatan. Itu sebabnya LDL sering dikatakan sebagai kolesterol jahat. Walau bila kita paham fungsinya, sebenarnnya julukan ini sangat salah kaprah

Fenomena ini diperparah lagi dengan asumsi bahwa rajin berolahraga membutuhkan banyak makanan pembentuk otot tubuh, protein hewani. Di satu sisi. yang tak banyak disadari, aneka produk turunan hewani tersebut justru membanjiri tubuh dengan kolesterol jahat dalam jumlah sangat banyak.

Kesalahan serupa juga dihadirkan saat seorang pelaku olahraga dengan intensitas tinggi menganggap aktivitasnya bisa membakar kalori dalam jumlah banyak. Untuk itu ia menyiapkan dirinya dengan produk karbohidrat prosesan dalam jumlah yang juga sangat banyak. Carb loading istilah populernya. Ironisnya mayoritas produk karbo yang dikonsumsi adalah makanan yang kehilangan antioksidan akibat proses berlebihan. Akhirnya tubuh terlimpahi radikal bebas dan menimbulkan kerusakan level selular dalam kondisi parah. Kulit mengering, mengeriput hingga kerusakan saluran koroner jantung adalah manifestasi dari kebiasaan buruk ini.

Dengan memahami, kita tidak heran lagi mengapa olahraga yang dianggap sehat malah menjadi salah satu penyebab populer bencana kesehatan. Banyak sekali pelaku olahraga, berapa pun usia dan hebatnya mereka melakukan, sering ditemui menjadi korban serangan jantung. Situasi buruk ini, sayangnya, jarang sekali disadari. Tidak heran seiring semakin tingginya tren suatu jenis olahraga, korbannya semakin banyak berjatuhan dari hari ke hari.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tentang Ibu Saya & Kanker Paru-parunya

Salah Diet Ngakunya Healing Crisis

Jatuh Sakit Karena Apa Yang Kita Lakukan