Pemahaman Antar Pola Makan Sehat (Sejati)

Saya sakit lambung, yang jenis GERD. Nah Food Combining (FC)-nya gimana kalau mau sembuh?” “Apa sih perbedaan antara FC, Diet Alkali, Raw Food, dan sejenisnya?” “Mana yang paling cespleng antara Plant Based, Vegetarian, dan FC?” Demikian beberapa pertanyaan yang sering saya terima saat beberapa pola makan sehat (yang saya anggap sejenis) dikomparasikan. Apa jawaban untuk setiap pertanyaan tersebut? Yang menarik, jawabannya sederhana dan singkat saja

Gak ada!


Pemahaman Pola Makan Sehat Sejati

Namanya juga pola, sesuatu pengulangan yang membentuk sebuah metode sistematis. Punya ciri khas! Karena kaitannya dengan makan, dia baru bisa memberi efek saat dilakukan secara harian. Mana ada sih orang yang kepingin makannya gak berulang secara harian? Kalau sehat? Ya tentunya apa yang dimakan sehari-hari bisa membuat pemilik tubuh menjadi sehat. Jadi pola makan sehat sejatinya bisa kita definisikan secara sederhana sebagai "pengulangan format makan yang memiliki ciri tertentu dan dilakukan sehari-hari dengan tujuan agar tubuh menjadi sehat"

Nah karena acuannya sehat, saya kira kata pola makan sehat saat dipadankan akan kehilangan makna sesungguhnya, bila tujuannya sudah melenceng dari tujuan utama. Contoh kalau makan sehat lalu diacukan pada penurunan (kadang penambahan) berat badan, sembuh dari penyakit, mau awet muda dan lainnya, sepertinya penamaan pola makan sehat ya sudah melenceng. 

Mau menurunkan berat badan agar langsing semisal, ada banyak cara yang dikenal. Apakah identik dengan sehat? Sayangnya tidak. Memang berat badan tidak ideal, apalagi menjadi obesitas, jelas jauh dari sehat. Tapi tidak sedikit mereka yang terobsesi menjalani program pengurangan berat badan, bukannya menjadi sehat, malah jatuh sakit. Beberapa bahkan sampai kehilangan nyawa. Ini jelas jauh dari konsep sehat yang dimaui dari pola makan dianut.

Dari fenomena ini, sinonim kata pola makan menjadi diet, yang sebenarnya populer, sering gagal atau salah kaprah dipahami. Kenapa? Karena bagi banyak orang, arti kata diet identik dengan upaya mengurangi berat badan supaya langsing. Bukannya memilah-milah makanan dengan konsep dan tujuan tertentu. Itu sebabnya mereka yang berbadan kurus sering bingung saat dihadapkan pada pilihan diet, karena salah kaprah tadi mereka mengira berat badan mereka harus diturunkan lagi.

Punya objektif “mau sembuh dari sakit” pun sulit dikategorikan sebagai pola makan sehat. Lho kok? Namanya sehat kan sembuh dari sakit? Belum tentu! Banyak orang yang tidak memahami konsep sehat itu adalah kondisi di mana fungsi tubuh berjalan sesuai semestinya. Setidaknya dalam jangka waktu tertentu. Banyak sekali orang yang mengira dirinya sehat, padahal kondisi tubuhnya menurun dan rusak di sana sini. Ia mengira diri sehat hanya karena "penyakit sedang tidak terdeteksi dalam kehidupannya"

Nah orang dengan pemikiran demikian, sering saat jatuh sakit. Pola makan sehat yang dimaui hanya sekedar untuk mengenyahkan penyakit. Bukan untuk menjadi sehat secara permanen. Jadi mereka enggan mengenyahkan kebiasaan buruk seperti merokok, makan seenaknya, minum kopi, teh, susu, alkohol dan segudang kebiasaan hidup yang ada di lingkup comfort zone. Sering juga konsep pola makan yang mereka anut adalah makan terapikal, berlomba mengkonsumsi makanan yang dianggap berkhasiat, daun sirsak, akar benalu, ikan gabus, dan lainnya. Berhasil? Mayoritas tidak. Sekalipun berhasil, biasanya tidak permanen. Kenapa? Karena mereka akan segera kembali ke pola kebiasaan buruk yang selama ini membuat mereka jatuh sakit.


Pola Makan Sehat Ideal

Bagaimana dengan pola makan sehat yang benar? Pertama kita harus sepaham dulu tentang beberapa aspek vital. Misalnya, sehat itu seperti apa?  Menurut Kementrian Kesehatan Indonesia, secara definisi 'sehat' adalah “keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis” Secara otomatis, mengacu kepada definisi itu, seharusnya pola makan kita mengacu pada objektif yang utama. Untuk apa menjalani pola makan yang hanya sukses menurunkan berat badan, tapi kemudian malah membuat sakit-sakitan, sulit menjadi produktif, atau bahkan kehilangan nyawa? 

Pola makan sehat sejati niscaya membawa kebugaran tidak hanya secara fisik, tapi juga secara mental spiritual. Misalnya mereka yang rutin mengkonsumsi makanan yang tidak memberatkan beban cerna, akan ada  terus menerus dalam kondisi tubuh prima serta nyaman. Lebih tenang dalam menjalani kehidupan serta leluasa untuk beribadah. Ini manifestasi sehat secara fisikal, mental, dan spiritual bukan?

Kembali ke pola makan sehat. Kriteria menyehatkan juga bisa dikaitkan dengan hal spesifik lainnya. Bagaimana cara tubuh manusia bekerja? Bila dipahami, kita bisa mengesampingkan asumsi yang membuat logika makan sehat menjadi rancu dan menyesatkan. Secara sederhana misalnya kita bisa mengambil acuan garis besar, bagaimana cara sistem cerna manusia bekerja? Dari sini kita berangkat memilih pola makan sehat yang ideal.

Bila sering membaca artikel yang saya tulis atau berselancar di aneka tulisan kesehatan berbasis kehidupan alami, naturopati, dan sejenisnya, tentu sudah memahami bahwa manusia walau digolongkan pemakan segala (omnivora) tapi fungsi vital terkait pencernaan (gigi, organ, panjang organ, dan sistem cerna) sebenarnya lebih mirip sebagai pemakan tumbuhan (herbivora). Berdasarkan fakta tersebut seharusnya kita bisa spesifik mengacu pada pola makan ideal yang sehat bagi manusia.


Tentang Beragam Pola Makan Sehat

Berikut adalah beberapa pola makan yang umum serta populer memenuhi syarat untuk disebut sebagai pola makan sehat yang cocok dengan kriteria utama sistem cerna manusia. Harap diingat antara satu dan lainnya di urutan pola makan ini sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan. Lebih ke perbedaan minor yang bila dipahami bisa saling melengkapi untuk membuat pemahaman kita tentang “sehat” menjadi lebih utuh.

1. Food Combining

Pola makan ini disebut pertama kali bukan karena posisinya yang lebih baik. Lebih karena saya, penulis artikel ini, sudah menjalaninya dalam jangka waktu yang lumayan. Cukup banyak yang saya lalui di pola makan ini. Dan dari hasil yang didapat, juga banyak sekali pelaku sama (yang menjalani dengan benar) saya berani mengatakan pola makan FC adalah cara menjadi sehat dengan memilih pola makan yang relatif mudah dilakukan. Kalau tidak bisa dibilang “paling mudah”.

Pelaku FC identik dengan rule of thumb (aturan sederhana) yang sangat spesifik, sarapan ekslusif buah dan memisahkan antara protein hewani serta karbohidrat. Itu bila kita berhenti dalam konteks sederhana. Relatif mudah dilakukan, karena FC tidak mengenal aturan pembatasan porsi, hitungan kalori, dan lain sebagainya. Makan bisa mengenyangkan, menu bisa dipilh yang enak, tapi dengan menerapkan hal sederhana ini secara berkomitmen pelaku FC mendapatkan kesehatan secara hakiki. Jadilah dia pola makan favorit dijalani.

Sebenarnya dalam level lebih kompleks, pemilahan protein hewani dan karbohidrat membuat pelaku FC menjalani khitahnya sebagai manusia. Yang secara naluriah akan berusaha memenuhi kebutuhan dengan mengkonsumsi banyak karbohidrat (buah, sayuran, biji-bijian). Manusia akan mengalami masalah kesehatan serius bila banyak mengkonsumsi protein hewani. Pemilahan spesifik karbohidrat-protein hewani ala FC, secara alamiah menuntun pelakunya lebih banyak mengkonsumsi makanan yang sesuai kerja sistem cerna. Tidak aneh bila belakangan banyak pelaku FC yang berubah, kadang tanpa sadar, menjadi pelaku vegetarian-vegan yang dedikatif. Pelaku FC yang baik juga lambat laun mengenyahkan banyak elemen negatif makanan minuman dalam kehidupan mereka, tanpa merasa tersiksa.


2. Diet Alkali

Secara garis besar, diet alkali sebenarnya sangat mirip dan sejalan dengan FC. Hanya saja pemahaman mendasar yang menjadi kerangka diet alkali adalah “pengaturan pola makan untuk menyeimbangkan PH darah dalam tubuh, yakni dengan lebih banyak mengonsumsi makanan bersifat alkali (basa) setiap hari” Pelaku diet alkali meyakini bahwa tubuh rentan terhadap penyakit jika mengonsumsi makanan yang bersifat asam. 

Sayangnya banyak yang salah kaprah dengan prinsip dasar diet ini. Disangkakan pelaku diet alkali terobsesi mengkonsumsi apapun yang bersifat basa supaya PH tubuh juga menjadi basa. Ini sangat salah! Karena tubuh yang terlalu basa adalah tubuh yang tidak sehat. Biasa disebut dengan masalah alkalinosis. Sejatinya tubuh berfungsi normal (belum tentu sehat) memiliki PH darah di angka PH 7.35 – 7.65. Titik ini dikenal dengan istilah Homeostasis. Di PH spesifik demikian, semua fungsi organ berjalan normal. Jadi tubuh akan berusaha keras menjaga PH darah kita selalu ada di titik ini.

Dengan rentang PH asam 1.00 dan PH basa 14.00, kita bisa memahami PH darah ideal tersebut berada pada area PH netral tapi cenderung basa. Nah kata ‘cenderung’ ini yang menjadi kata kunci. Dengan mengkonsumsi banyak makanan pembentuk PH basa seperti buah, sayuran segar (garis bawahi kata segar), biji-bjiian diharapkan tubuh bisa mencapai titik ideal homeostasis tanpa banyak menghabiskan energi. 

Sementara orang yang kualitas kesehatannya buruk, mudah sakit, tergantung obat, direpotkan alergi dan lainnya diyakini pelaku diet alkali sebagai manusia yang makanan kesehariannya dipenuhi oleh materi pembentuk PH asam. Protein hewani, makanan rafinasi, makanan rekayasa pabrikan, minuman seperti teh, kopi, susu, alkohol adalah jenis makanan yang dikenal memiliki PH pembentuk asam dan bila dikonsumsi membuat tubuh harus menguras energinya habis-habisan agar bisa selalu ada di titik homeostasis.


3. Raw Food

Dari semua pola makan sehat yang disebut di sini, pola makan satu ini adalah yang paling bisa disebut sebagai pola makan terapikal. Kenapa?  Karena penganutnya sering sekali adalah mereka yang menjalani karena menderita penyakit. Kalaupun bukan, biasanya mereka pelaku makan sehat yang radikal. Sangat serius dengan jalan hidup yang dipilih.

Raw Food (RW) mengacu pada kekuatan hidup buah dan sayuran segar yang murni dari alam. Dulu konsep RW ini dianggap sebagai pola makan yang abstrak manfaatnya, karena acap menjadikan kehidupan para tokoh spiritual, yang mengasingkan diri bermeditasi dan hanya mengkonsumsi pucuk daun serta buah-buahan dengan mengatas namakan kemurnian hidup yang nisbi kekerasan, sebagai inspirasi. Tapi seiring perkembangan ilmu pengetahuan, kita bisa mengetahui bahwa makanan berbasis tumbuhan segar alami membawa unsur enzim serta antioksidan yang sangat berguna bagi kesehatan.

Antioksidan misalnya kini diketahui memiliki kekuatan siginifikan untuk membuat sel kanker tidak berdaya. Kehebatan antioksidan dalam menangkal perusakan oksidasi juga ampuh menangkal kerusakan sel-sel secara dini atau berlebihan. Jadi jangan heran bila pelaku RW sering didapati awet muda atau mampu menghindari kerusakan penyakit penurunan fungsi tubuh (degeneratif) seperti gagal jantung, gagal ginjal, darah tinggi, diabetes dan sejenisnya.

Tapi antioksidan umumnya rusak bila tersentuh panas. Sementara enzim lebih reaktif lagi, suhu di atas 45 derajad celius mulai membuatnya mati. Jangan heran kalau pelaku RW terlihat seakan alergi dengan pemakaian api, panas untuk hal-hal yang berhubungan dengan makanan mereka. Itu sebabnya pola makan sehat ini tidak mudah diadaptasi atau dilakukan oleh kebanyakan orang untuk dilakukan secara benar.


4. Plant Based

Pola makan ini bisa dibilang paling sederhana dari semua pola makan sehat berbasis hal sama yang ada. Kenapa? Karena acuan utamanya hanya pada sistem cerna manusia berat ke sisi vegetarian. Jadi makanan yang diwajibkan pelaku diet plant based (PB) ini biasanya hanya fokus pada konsumsi makanan berbasis tumbuhan. Tapi aturan penyertanya relatif lebih longgar. Dibanding dengan pelaku pola makan RW semisal, pelaku PB biasanya tidak terlalu peduli tentang proses yang dilalui makanan yang mereka santap. Kadang mereka tidak mempermasalahkan makanan diproses lama, dipanaskan dengan suhu tinggi, unsur penting yang rusak, dan sejenisnya. Jadi prinsip enzim dan antioksidan sering luput dari manfaat yang bisa didapat.

Jangan heran bila kini beragam produk plant based muncul sebagai bentuk artifisial pola makan tidak sehat yang disulap menjadi pola makan (seakan) sehat. Semisal menciptakan aneka ragam daging tiruan dengan memanfaatkan sifat lengket tepung terigu atau memproses panjang beragam biji-bijian. Dari sini bisa dipahami bahwa secara keleluasaan menjalankan PB relatif lebih mudah diaplikasikan dalam kehidupan.

Untuk level entri pola makan sehat, bisa jadi plant based adalah yang paling mudah dijalani. Perbaikan tetap bisa terjadi bila pola makan yang dijalani sebelumnya sarat dengan bahan pembuat masalah kesehatan.  Tapi untuk kesehatan hakiki, konsep PB yang mendasar agak sulit memberikan hasil permanen. Semisal keterusan mengkonsumsi daging tiruan berbasis gluten, akan menghasilkan masalah kesehatan seperti rusaknya ekosistem dan fungsi usus, hingga ditengarai memicu penyakit sejenis autoimun bernama celiac disease. Di level tertentu pelaku PB harus meningkatkan intensitas pola makan sehat mereka ke bentuk lebih baik.


5. Vegan

Sepintas kita sering mengira bahwa Vegan adalah singkatan dari Vegetarian, yang dikenal sebagai “pemakan tumbuhan’. Tapi dalam konteks kedisiplinan dan radikalisme, pelaku Vegan biasanya lebih serius ketimbang Vegetarian. Mereka yang melakukan vegetarian memang mengkhususkan diri pada ekslusifitas konsumsi tumbuhan, tapi beberapa jenis vegetarian masih membuka celah untuk konsumsi makanan non tumbuhan, bahkan hewani, untuk ada dalam menu mereka. Semisal kita mengenal istilah Ovo Vegetarian untuk mereka yang menjalani vegetarian tapi masih mengkonsumsi telur sebagai produk turunan unggas. Ada juga istilah Lacto Vegetarian, pelaku vegetarian yang masih mengkonsumsi aneka ragam susu dari hewan. Bahkan ada vegetarian salah kaprah, mereka sekedar tidak makan daging, tapi juga tidak menyukai makan sayur. Jadi pilihan makanan sehari-harinya jauh sekali dari sehat.

Pelaku vegan biasanya lebih serius. Mereka mengkhususkan diri mengkonsumsi aneka produk tumbuhan tanpa kompromi. Murni harus bebas dari unsur hewani atau turunannya. Beberapa bahkan lebih berdisiplin untuk mengurangi, bahkan menghindari, secara total produk yang diproses dengan tidak alami. Jadi jangan heran bila kita menemukan pelaku vegan sering ada di level disiplin sama seperti pelaku Raw Food.

Bila pelaku RW sering identik dengan isu penyembuhan penyakit, pelaku vegan juga acap ditemui memiliki tujuan sama. Tapi tidak jarang juga ada isu spiritual yang disisipkan pelakunya. Tidak menyakiti sesama mahluk hidup, mengadopsi gaya hidup para pertapa yang mensucikan diri dalam hutan dan hanya mengkonsumsi apapun yang ditumbuhkan alam dari tanah.

Sadar atau tidak, pelaku vegan tentu potensial mendapatkan limpahan manfaat antioksidan serta enzim yang tentunya sangat berguna dalam mendapatkan tubuh sehat serta kualitas hidup maksimal. Tentu selama dilakukan secara benar dan berkomitmen.


Comments

Popular posts from this blog

Tentang Ibu Saya & Kanker Paru-parunya

Salah Diet Ngakunya Healing Crisis

Jatuh Sakit Karena Apa Yang Kita Lakukan