Menuai Masalah Saat Mengatur Berat Badan Dengan Mengurangi Makan
Di sebuah pusat jajanan, sambil duduk menikmati semangkuk tahu gejrot dan sebotol air mineral, saya mendengar celoteh ramai sepasang ibu-ibu paruh baya yang nampaknya sedang meributkan pola diet. “Duh sebel deh, mulai frustasi gue harus ngapain? Timbangan kok maunya naik melulu” Keluh yang satu. Sang rekan yang mengenakan busana religi juga menimpali dengan komplain serupa “Sama nih, kayaknya gue minum air putih aja jadi lemak deh”
Yang lucu hasil dari menguping pembicaraan, mereka berdua punya kesamaan dalam diskusinya. Yang satu menghindari makan malam, yang satunya mengurangi makan sebisa mungkin. “Gue udah gak makan malam berbulan-bulan lho. Tapi gak ada hasil yang ngefek beneran! Cuma turun sebentar dan kemudian naik lagi. Naiknya malah lebih parah!” Rekannya langsung menimpali dengan penuh emosi, “Gue lagi! Itu tiap makan udah nyoba segala trik. Dari mulai pake piring kecilan, sendoknya kecilan, makan cuma separuh dari biasanya. Segala macem! Ngitung kalori selalu lebih dikit dari keperluan. Eh berat ngurangnya dikit doang. Begitu kendor bentar aja, meroket lagi! Malah lebih najis nambahnya!”
Mendengar semua itu saya hanya menggumam lirih sendirian, “Pantesan”
Mekanisme Pertahanan Tubuh
Mengubah ritme makan harian bisa jadi dianggap sederhana oleh sebagian orang. Mengurangi makan, lalu berat badan akan turun. Mengikuti doktrin, “Memasukkan kalori lebih rendah dari kalori yang dikeluarkan”. Tapi sebenarnya sangkaan ini disikapi tubuh dengan langkah yang tidak sederhana. Perubahan ini disikapi sebagai gangguan oleh tubuh. Ingat saja pada hukum dasar mekanisme pertahanan tubuh, “Untuk setiap gangguan sistem metabolisme tubuh akan mengkoreksi apapun agar bisa bertahan”.
Salah satu teori yang dikaitkan dengan sifat alami manusia adalah secara kodrati diciptakan untuk bertahan dengan alam liar. Di mana alam itu tidak memberikan cadangan makanan seperti apa yang kita miliki saat ini. Manusia di masa lalu, tidak tahu makanan yang akan dimakan esok hari berasal dari mana? Ia harus mencari, memetik, hasil bumi, atau belakangan berburu hewan untuk dimakan. Hal ini membuat metabolisme tubuh menciptakan semacam mekanisme penyimpanan ekstra kalori yang kompleks, dimaksudkan agar saat makanan itu sulit didapat, manusia bisa bertahan.
Evolusi penyimpanan makanan manusia yang berkembang sesuai teknologi sayangnya tidak diikuti oleh sistem metabolisme manusia. Jika kita mengurangi makanan secara signifikan, tubuh akan melihatnya sebagai ancaman. Ia akan secara radikal menyimpan cadangan kalori, mengurangi kecepatan metabolisme. Sehingga menurunkan berat tubuh menjadi isu yang sama sekali tidak mudah dilakukan begitu saja dengan mengurangi makan atau menahan lapar.Berita buruknya, begitu Anda berhenti dengan konsep mengurangi makan, tubuh akan segera mengkompensasi kekurangan selama ini dengan mengembalikan apa yang hilang sebanyak-banyaknya. Itu sebabnya sering pelaku diet putus asa, saat mereka mengurangi makan, berat hanya turun sekian kilogram, saat mereka kembali makan seperti sedia kala beratnya malah bertambah 10-15% dari saat mereka memulainya. Bayangkan, sudah capek-capek menahan lapar dan tersiksa, tapi tidak ada hasil setara sebagai imbalan. Apa itu namanya bukan kesusahan yang berujung menuai penderitaan?
Tubuh Sehat Mencari Berat Idealnya Sendiri
Hampir semua program diet yang gagal menurunkan berat badan secara permanen, sebenarnya lebih karena pelakunya berasumsi mengurangi apa yang dibutuhkan tubuh agar beratnya bisa berkurang. Atau memberikan tubuh asupan yang sekiranya tidak akan menambah berat badan.
Kita sudah membahas apa yang terjadi saat tubuh menyadari ada yang berkurang, dan mekanisme apa yang dilakukan sebagai kompensasi, sehingga berat tubuh tidak mudah turun. Bahkan cenderung meroket saat diet dihentikan. Di sisi lain memberikan pasokan makanan yang diharap tidak menambah berat badan karena rendah kalori semisal, juga memiliki resiko buruk yang menyertai.
Makan protein hewani bisa jadi rendah dari sisi kalori. Tapi rentetan masalah menunggu di belakangnya. Divertikulum pada usus, sembelit yang menumpukkan racun dalam tubuh, produksi asam lambung berlebihan, hingga kerusakan sel-sel tubuh adalah segelintir masalah yang menanti pelaku diet demikian. Saya pernah menemukan orang yang tampil kuyu, dan lesu, walau beratnya turun. Karena ia rutin mengganti makan malamnya dengan segelas susu diet. Beberapa tahun kemudian saya mendengar ia didiagnosa menderita penyakit yang cukup parah.
Sejatinya tubuh akan memberikan apapun, selama kebutuhannya dicukupi. Dari sisi makanan apa yang masuk, dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Yang menarik adalah, mekanisme porsi tubuh akan menentukan secara alamiah bila semua dipatuhi. Bila Anda memilih jenis makanan yang memberikan pemenuhan kebutuhan tubuh, dan mengkonsumsinya dengan cara benar, Anda relatif lebih cepat merasa kenyang, Bila ini berlangsung secara konsisten, niscaya tubuh akan mencari sendiri berat yang ideal bagi dirinya sendiri.
Kata kuncinya adalah terima berat ideal tersebut sesuai apa adanya. Lupakan niat mendiktekan turunnya berat tubuh sesuai dengan tampilan yang diinginkan. Anda bisa jadi ingin menurunkan berat sekian belas kilogram, tapi sesuai dengan usia serta realita, sebenarnya Anda hanya diberikan oleh tubuh penurunan berat sekitar 5 kilogram. Tapi Anda tetap sehat. Dan ini bisa jadi berlaku juga dengan berat badan yang bertambah. Ingat, tubuh sehat akan mencari sendiri berat idealnya!
Comments
Post a Comment