Mau Sehat? Jangan Makan Daging Berbarengan Nasi


Waktu pertama kali saya melakukan pola makan sehat Food Combining (FC), doktrin paling awal yang terekam kuat dalam ingatan, adalah memisahkan protein hewani dan karbohidrat dalam satu waktu makan. 

Hal ini amat sangat tidak mudah dilakukan, bila Anda adalah manusia normal yang terbiasa makan menu yang disajikan secara umum. Kecuali Anda penganut vegetarian, menyajikan menu tanpa ada daging -mewakili protein hewani— di meja makan, walau di sana ada nasi hangat mengepul serta aneka sayur-sayuran -yang mewakili karbohidrat— adalah pemandangan yang sangat tidak lazim. 

Sampai hari ini pun, setiap saya mengkonsumsi sepiring nasi tanpa daging atau mengkonsumsi daging dengan ditemani oleh sekumpulan sayuran segar nisbi nasi, banyak sekali orang yang menanyakan kenapa menu pilihan saya seperti itu? Padahal pada saat bersamaan, banyak dari mereka menanyakan kenapa saya bisa relatif mempertahankan kesehatan yang tergolong prima, awet muda ketimbang mereka yang seusia, jarang sakit, dan lain sebagainya. 

Tidak terbersit sedikitpun ilham di mereka, semua yang saya dapatkan itu, bisa jadi didapat dari hal sederhana tersebut. Tidak makan nasi berbarengan dengan daging.


Pola Makan Asli Manusia 

Mungkin jaman sekarang memisahkan konsumsi nasi dengan daging itu terkesan aneh. Tapi sejatinya bila merunut pada kehidupan nenek moyang asli kita dahulu, hal ini sama sekali tidak aneh. Ingat saja nenek moyang kita tidak mengenal teknologi pendinginan agar makanan awet, sehingga apa yang bisa dikumpulkan dalam beberapa waktu agar bisa dikonsumsi secara jangka panjang? Tentunya buah-buahan dan tumbuhan. Perlu diingat dalam hal ini buah dan tumbuhan identik dengan karbohidrat. Jadi nenek moyang kita terbiasa mengkonsumsi karbohidrat secara ekslusif.

Manusia sendiri baru makan protein hewani, setelah mereka mengenal api. Dari tinjauan sejarah, pernah ditemukan fosil tulang belulang hewan dibakar kira-kira 1.5 jt tahun lalu, tapi tidak bisa dipastikan itu ada kaitannya dengan upaya kuliner. Besar kemungkinan juga itu adalah sisa hewan yang terbakar karena bencana semisal petir  menyambar dan menyebabkan kebakaran hutan. Makanan yang menggunakan api diperkirakan baru mulai ditemukan sekitar 300-400 ribu tahun yang lalu. Bandingkan dengan usia manusia purba yang diperkirakan ada sekitar 3 – 1.5 juta tahun yang lalu.  

Dari sini kita bisa memahami bahwa budaya mengkonsumsi beragam makanan dalam satu piring itu muncul belakangan. Jadi bila dikatakan mengkonsumsi daging dan nasi secara terpisah adalah aneh, tidak lazim, atau bahkan tidak manusiawi, jelas sangat keliru.


Sistem Cerna Tidak Didisain Mencampur Protein Hewani Dan Pati

Saya ingat salah satu komentar teman waktu dia tahu saya menganut FC, sambil (sengaja) menyendokkan sesendok nasi dengan potongan daging yang besar, ia berkomentar “Ada-ada aja, toh semua diaduk dalam perut” katanya dengan nada ketus. Ia tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang sangat bertentangan dengan apa yang dikatakan.

Reaksi dalam perut, sistem cerna, sejatinya adalah isu utama kenapa kita memisahkan mengkonsumsi makan nasi dengan daging dari awal. Nasi, sebagai bagian dari karbohidrat dicerna oleh enzim bernama amylase yang ada dalam air liur. Tapi ia tidak bekerja efektif saat lingkungannya berubah menjadi sangat asam. Kondisi ini terjadi saat kita banyak mengkonsumsi daging, karena untuk mencernanya dibutuhkan enzim bernama pepsin. Enzim ini  dikeluarkan tubuh dengan menumpang pada asam lambung. Dengan kata lain saat Anda mengkonsumsi banyak daging, akan banyak sekali asam lambung dikeluarkan tubuh. Pada saat itulah proses pencernaan nasi yang Anda makan akan terhambat. Jangan heran bila perut Anda kemudian menjadi sebah, perut terasa keras, tidak nyaman, mengantuk berlebihan hingga dalam jangka panjang merongrong kesehatan. Hal sama berlaku saat Anda mengganti nasi dengan kentang, roti, atau bahkan pasta.

Produksi pepsin yang menumpang pada asam lambung menunjukkan bahwa sejatinya manusia itu tidak didisain untuk mengkonsumsi banyak protein hewani. Karena semakin banyak daging dikonsumsi, semakin tinggi produksi asam lambung yang dibutuhkan. Jelas akan menimbulkan masalah bagi kesehatan. Karena pencernaan bermasalah adalah indikasi awal tubuh yang tidak sehat.


Untuk Sehat Pencernaan Harus Baik

Makanan adalah input tubuh paling berpengaruh untuk melanjutkan hidup, setelah oksigen. Itu sebabnya memperhatikan apa yang kita makan sudah lama menjadi seni menjaga kesehatan terdepan yang dikenal manusia. Tapi memperhatikan cara mengkonsumsi makanan diacuhkan. Padahal mengacu pada cara kerja sistem cerna lebih seksama, elemen itu terbukti sama pentingnya.

Sayangnya semenjak budaya seni kuliner merebak, dan makan bukan lagi sekedar upaya mempertahankan hidup.  Waktu makan sudah menjadi aksi rekreasional yang mengesampingkan isu kesehatan. Konyolnya bila apa yang dimakan menentukan kesehatan sudah dikesampingkan, cara makan tentu lebih dikesampingkan lagi. Mencampurkan daging dengan nasi adalah salah satunya.

Harus diingat juga di sini, dari sisi seni kuliner, daging mewakili cita rasa asin dan gurih. Nasi mewakli cita rasa manis. Perpaduan antara daging dan nasi membuat perkawinan rasa gurih serta manis yang sangat ideal. Sensasi rasa ini direkam oleh otak, lalu dijadikan semacam kebiasaan yang selalu dicari saat waktu makan tiba. 

Jangan heran bila kemudian kesehatan menjadi isu serius yang berkurang sesuai perjalanan waktu. Karena salah satu konsep merawat kesehatan yang paling mendasar saat makan terlupakan. Bila apa yang Anda makan membuat masalah di dalam sistem pencernaan, jangan berharap banyak bisa menjadi sehat secara permanen. Ingat indikasi awal tubuh tidak sehat adalah pencernaan yang selalu bermasalah.


Comments

  1. Replies
    1. Artikel di blog ini sifatnya informatif edukatif, bukan tutorial cara melakukan.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tentang Ibu Saya & Kanker Paru-parunya

Salah Diet Ngakunya Healing Crisis

Jatuh Sakit Karena Apa Yang Kita Lakukan