Memberi Makan Orang Sakit Yang Malah Membuatnya Tambah Sakit
Seorang teman yang baru sembuh dari penyakit berkeluh kesah. Ia merasa semakin menua, semakin buruk kemampuannya dalam mentoleransi sebuah penyakit. “Dulu gue kalau sakit, rasanya cepet sekali sembuh deh” Keluhnya. “Memangnya sekarang?” Tanya saya “Bisa semingguan lebih, dan pas sembuh pun gak fit-fit amat. Eh tau-tau udah sakit lagi”
Saya pun melirik piring makanannya. Semangkuk bubur ayam. “Jadi karena belum sembuh-sembuh amat, elu makan ini?” Tanya saya lagi. “Iya, abis selera makan gak pulih-pulih, dan ini kan yang gampang diserap tubuh” Jawabnya. Saya pun nyengir, “Justru malah beginian yang bikin elu tambah sakit dan susah sembuh”
Dia pun ternganga
Lapar Itu Mekanisme Penyembuhan
Apapun prasangka yang kita miliki pada tubuh, secanggih apapun dunia kuratif kesehatan mengobati penyakit. Fenomena apapun yang menyertai pemahaman kita tentang kesehatan. Sejatinya saat kita sakit, tubuh memiliki mekanisme mengobati dirinya sendiri. Dalam cabang dunia kesehatan, hal ini biasa dikenal dengan nama naturopati atau self healing. Hanya saja secara umum, sayangnya, sering dilupakan, terutama di dunia kesehatan konvensional modern saat ini. Semakin tidak dipelihara, semakin menjadi sehat itu rumit dan sepertinya menghindari penyakit juga menjadi semakin sulit.
Enggan makan, puasa, atau melaparkan diri, secara instingtif adalah bagian utama dari mekanisme penyembuhan mandiri yang dimiliki tubuh. Hilangnya selera makan pada orang sakit, bukan hal yang merugikan dan bukan kebetulan. Ada beragam penjelasan mengapa ini terjadi. Semisal saat lapar, tubuh meringankan energi yang membebani sistem cerna sehingga bisa digunakan untuk membantu tubuh melawan penyakit atau memperbaiki jaringan yang rusak. Dari sisi aktivitas selular, lapar membuat tubuh mengaktifkan lisosom dalam sel yang akan bergerak aktif mendaur ulang sampah dalam sel dan mengubahnya menjadi energi terbarukan dan sangat krusial membantu penyembuhan. Ini sejalan dengan paparan Dr. Maurice Bucaille, ahli gastroenterologi dunia, Dalam bukunya La Bible, le Coran et la Science. Ia memaparkan, “Melaparkan diri saat sakit adalah mekanisme alami yang dimiliki hampir semua mahluk hidup”. Jadi sejatinya insting untuk melaparkan diri harus disikapi dengan bijak dan tidak bisa diabaikan waktu sedang menderita sakit atau merawat orang sakit.Memberi Makanan Yang Menyusahkan
Sayangnya karena rendahnya pengetahuan tentang kemampuan tubuh menyembuhkan diri sendiri. Fenomena ‘melaparkan diri secara insting saat sakit’ ini banyak dilupakan. Dengan logika, setiap aktivitas tubuh membutuhkan kalori. Seringkali orang sakit yang menolak makanan dipaksa untuk tetap makan sembarangan.
Dan karena sejatinya sulit sekali untuk membuat orang sakit mau makan, diberikanlah ragam makanan yang dianggap ringan dan mudah santap serta cerna. Sayangnya lagi, akibat rendahnya pengetahuan tentang naturopati, apa yang disangka ringan itu justru sejatinya malah memberatkan tubuh. Jangankan saat sakit, saat sehat pun makanan seperti yang umum diberikan itu sejatinya sangat sulit dicerna. Kalau tidak bisa dikatakan menyebabkan penyakit.Memberikan bubur nasi semisal. Karena cair dan mudah telan, makanan ini sering dianggap mudah cerna. Padahal walau bentuknya cair, bubur –yang aslinya adalah produk karbohidrat— tetap membutuhkan enzim ptalin yang ada di air liur untuk bisa dicerna dengan baik. Dan petakanya, karena bentuknya cair, bubur begitu dikonsumsi langsung ditelan begitu saja secara otomatis. Akibatnya sistem cerna lanjutan mengalami masalah akibat makanan yang masuk tidak dicerna sesuai prosedur.
Ini diperburuk lagi dengan kebiasaan menggabungkan bubur sesuai cita rasa dengan beragam aksesoris makan, seperti suwiran daging ayam, sate jeroan, kerupuk dan lain sebagainya. Yang semuanya juga umum tidak dikunyah mengikuti bentuk bubur sebagai induk menunya.
Ada lagi yang lebih konyol, karena menggunakan teori kecukupan kalori, kini cukup populer menu bubur dimodifikasi menjadi bubur sumsum yang diberikan pemanis gula merah. Bagi tubuh sakit, ini fenomena sudah jatuh tertimpa tangga, dan berkali-kali. Saat tubuhnya sakit, diberi bubur, lalu diberikan gula tambahan. Semuanya adalah masalah serta beban ekstra bagi alokasi energi tubuh. Juga potensial menyebabkan penyakit berubah menjadi lebih berat.
Satu lagi kekonyolan makanan umum yang acap diberikan pada orang sakit. Kali ini lebih serius masalah yang ditimbulkan, pemberian susu! Karena cair, susu dianggap makanan ringan yang mudah dikonsumsi orang sakit. Karena padat gizi, susu dianggap makanan super yang cepat bisa memulihkan tubuh. Karena rasanya disukai banyak orang, memberikan susu dianggap langkah termudah memberi makan orang sakit yang umumnya kehilangan selera makan.Padahal sudah sangat sering dijelaskan, memberikan susu hewan pada orang dewasa sehat saja, akan secara signifikan jangka pendek maupun panjang, merusak kesehatan. Apalagi pada orang sakit! Apa yang dikira ringan, karena cair, begitu masuk dalam sistem cerna akan menjadi gumpalan padat yang sulit sekali dicerna. Kandungan gizi tinggi yang dimiliki susu hewan, tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia, dan bahkan potensial berujung menyusahkan bahkan merusak sistem tubuh manusia. Bayangkan semua ini harus diterima oleh orang yang tubuhnya sudah sakit.
Lebih sedih lagi, mereka yang sudah tergolek lemah pun dipaksa minum susu. Itu sebabnya jangan berharap terlalu banyak orang yang sakit parah dan mendapat pelayanan seperti ini, akan bisa sembuh. Kalaupun bisa pulih, biasanya tindakan medis penyerta akan menjadi sangat banyak. Ini jelas akan merugikan di masa sesudahnya. Kenapa orang yang sakit semakin mereka menua, semakin sulit sembuh juga pulih dari penyakitnya? Karena makanan yang diberikan, bubur, susu, dan roti contohnya, adalah makanan yang identik dengan masalah kesehatan!
Makanlah Apa Yang Dibutuhkan
Tapi bagaimanapun juga orang yang sakit membutuhkan makanan, bukan? Untuk memulihkan tubuh dibutuhkan energi. Terlepas dari insting dan proses yang muncul saat melaparkan diri. Hal ini benar, dan bahkan benar sekali. Tubuh butuh bantuan eksternal saat ia sedang memulihkan diri. Terutama dari makanan serta minuman.
Yang harus kita lakukan adalah memilah makanan apa yang sejatinya dibutuhkan tubuh? Kita sudah mengetahui, manusia ditilik dari sistem cerna, sejatinya adalah pemakan segala (omnivore) yang lebih berat ke sisi pemakan tumbuhan (herbivore). Nah kesana lah kita mengacu! Berikan tubuh apa yang sesuai dengan kebutuhan. Dan niscaya ia lebih mudah bekerja dari sana. Dalam hal ini bagi penderita sakit, tubuh akan mudah bekerja memperbaiki dirinya sendiri. Bahkan bila dibantu dengan medikasi modern, efektivitas tindakan ini akan jauh lebih efisien bila tubuhnya juga terkuatkan oleh apa yang dimakan serta diminum.
Buah adalah substansi yang kaya manfaat namun sangat ringan untuk dicerna. Selama dimakan dengan cara yang benar! Hampir semua buah, tidak membutuhkan enzim cerna berlebihan saat diproses. Fenomena ini jelas membuat kerja tubuh teringankan dan energinya bisa digunakan untuk keperluan yang lebih krusial, menyembuhkan penyakit. Dalam skala sedikit lebih berat, keberadaaan sayuran segar juga relatif sama dengan buah. Walau sedikit lebih kompleks dalam sistem cerna, tetap saja sayuran segar bisa digolongkan ringan untuk dikonsumsi, namun efektif dimanfaatkan oleh tubuh penderita penyakit.Ekslusif minum air putih berkualitas baik selama sakit, juga adalah pilihan cerdas bagi penderita sakit. Buang jauh-jauh teh, kopi, apalagi –seperti sudah dibahas sebelumnya— susu dari menu si sakit. Dalam kondisi tertentu, buah serta sayuran segar tadi pun bisa dimodifikasi, asal dengan cara benar, menjadi jus yang mudah dikonsumsi penderita sakit. Syaratnya minum dengan ketentuan kerja sistem cerna. Masukkan mulut, tahan sebentar agar tercampur air liur dalam mulut, syukuri, lalu ditelan. Minum perlahan hingga habis.
Saat kita menghormati hukum alam, dan merawat mekanisme tubuh, biasanya hasil yang didapat juga tidak akan mengkhianati upaya yang dilakukan. Sembuh dari sakit itu kadang hasil yang sejalan dengan usaha yang diikhtiarkan.
Knp rumah sakit masih memberikan bubur pada orang sakit ya?
ReplyDeleteMakan sehat memang jadi kelemahan dunia kesehatan konvensional
DeleteGue lagi kecil Kalo diare dikasih teh Susu donkππππ
ReplyDeleteYa sesuai judul artikel
DeleteMaaf tlg tanya kl anak diare, apk boleh diberi buah dan sayur, bkn bubur dan susu?
ReplyDeleteYah bu
DeleteOrang sehat dikasih susu aja lambat laun jadi sakit. Ini udah diare malah dikasih susu. Setengah mati tubuhnya mengatasi