Kopi dan Puasa

Seorang teman mengeluh cepat sekali kehausan saat puasa, ada lagi mengeluh masalah lambungnya sangat mengganggu, ada yang pusing saat siang hari tiba dan terus merasakan hingga jelang berbuka. 

Kadang gejalanya begitu berat hingga merasa kepalanya bagai dipukul palu godam dan berulang hingga apapun yang didengarnya bergema. 

Ada lagi yang mengaku merasa letih dan lemah luar biasa menjelang waktu berbuka. Tentu ada banyak penjelas mengapa hal ini bisa terjadi. 

Tapi yang menarik saat semua orang ini diwawancarai, mereka semua pecandu kopi. Setidaknya punya kebiasaan mengkonsumsi rutin atau lebih dari satu gelas per hari.

Ada apa sebenarnya dengan kopi dan puasa? Benarkah merugikan untuk dikonsumsi saat berpuasa?


Mengganggu Ritme Alami Tubuh 

Saat Anda bicara kopi, kita tidak bisa menghindari berbicara tentang kafein. Apa itu? Kafein adalah zat stimulan atau perangsang reaksi kimiawi tertentu dalam tubuh manusia. . Zat ini bekerja dengan cara merangsang otak dan sistem saraf pusat, yang akan membantu Anda agar tetap berkonsentrasi dan mencegah timbulnya rasa lelah.

Bagaimana caranya? Di jam-jam tertentu tubuh memproduksi senyawa alami bernama adenosine yang akan membuat pemilik tubuh mengantuk dan beristirahat. 

Sayangnya sering sekali di jam-jam normal tubuh merasa mengantuk untuk beristirahat, pemakain kopi yang mengandung stimulan kafein dikenalkan. 

Efeknya adenosin akan tergeser oleh kafein yang memberi efek menyegarkan dan sigap. Bagi beberapa orang ini dianggap menguntungkan. Sehingga kopi menjadi minuman wajib yang harus dikonsumsi setiap waktu, bahkan saat santai sekalipun.

Berita buruknya pergeseran adenosin oleh kafein membuat siklus alami menjadi kacau. 

Di saat kafein mulai menurun efeknya, tubuh akan memproduksi adenosin dalam jumlah lebih banyak lagi untuk mengkompensasi ‘hak istirahat’ yang tadi hilang. Sehingga rasa lemas dan kantuk menghinggapi lebih kuat. 

Sayangnya reaksi ini sering ditanggapi dengan menambah porsi minum kopi lagi. Apa yang kemudian terjadi? Tubuh akan memproduksi adenosin dalam jumlah berlipat lagi. Siklus kejar mengejar seperti ini yang ditengarai membuat peminum kopi memiliki kualitas ritme aktif dan pasif tubuh cenderung buruk. Yang tentunya akan rusak (parah) di satu titik waktu. 

Jangan heran bila peminum kopi juga acap melaporkan gangguan insomnia hingga kualitas tidur yang buruk.

Kerusakan ritme alami ini juga yang sangat mungkin menjadi penjelas mengapa peminum kopi rutin (bahkan bukan seorang pecandu) sering melaporkan rasa lelah, mengantuk, atau bahkan lemas saat menjalankan puasa. 

Karena pasokan energi yang sangat terbatas sementara siklus ritme tubuh sendiri sudah terkacaukan efek kafein.


Mengganggu Kerja Sistem Cerna

Kafein dalam kopi dapat meningkatkan produksi asam dan memicu peradangan dalam lambung.  Begitu spesifiknya bahkan ada penelitian yang menemukan sensasi sama akan muncul pada kopi yang telah dikurangi kafeinnya (dekafein). 

Jangan heran bila penggiat minum kopi dan penderita masalah lambung dalam banyak kesempatan adalah orang yang sama. 

Kafein juga dapat mempengaruhi relaksasi berlebihan pada banyak organ tertentu, terutama organ cerna. Dalam beberapa kasus ini ditengarai menjadi penyebab abnormalitas kerja otot keran pengunci agar asam lambung tidak naik ke atas kerongkongan atau biasa dikenal dengan istilah refluks asam lambung (GERD). 

Sering ditemui pederita GERD menangisi bahkan mendramatisasi masalah lambung yang dianggap pelik tapi apa lacur alpa mengkoreksi kebiasaan minum kopinya.

Masalah relaksasi organ cerna ini tidak melulu terjadi pada lambung. Kopi ditengarai punya efek melambatkan kerja organ cerna dari kerongkongan hingga anus yang biasa disebut dengan istilah gastrointestinal tract (GI Tract). 

Diperkirakan lonjakan energi sepihak yang terpakai saat mengkonsumsi kafein terjadi dengan meminjam energi yang seharusnya digunakan bagi sistem cerna bekerja normal. Kafein akan mengurangi efektivitas kerja organ cerna sehingga banyak proses terkait akan terganggu. 

Masalah ini diperparah dengan kebiasaan banyak orang untuk minum kopi pasca waktu makan mereka. 


Mengkonsumsi kopi terutama saat sahur jelas akan merusak kerja sistem cerna ini secara berganda. Tidak hanya membuat kerja sistem cerna melambat tapi juga produksi asam lambung menjadi tidak terkendali. 

Akibatnya selain didera masalah lambung, alokasi energi tubuh yang berubah seiring perubahan jam makan dan berkurangnya asupan makanan minuman juga akan menjadi luar biasa berkurang serta menjadi kacau. 

Gangguan kekurangan ini bisa dikonversikan tubuh dalam beragam cara mulai dari produksi asam lambung berlebihan,  rasa sebah, perut terasa sakit melilit, migren, pusing berkepanjangan, telinga mendengung berdenging serta banyak hal lain. 

Jangan heran bila banyak peminum kopi melaporkan puasa itu sebagai aktivitas yang sangat menyiksa diri mereka


Mengganggu Manajemen Cairan Tubuh

Sudah lama diketahui bahwa kandungan kafein dalam kopi memiliki efek diuretik. Yang dikenal memiliki kemampuan mengurangi cairan pada tubuh. 

Secara mekanisme efek itu tersebut membuat tubuh mengeluarkan natrium dan air. Secara umum hal ini diungkapkan berhubungan dengan cara bagaimana kafein memengaruhi ginjal melalui mekanisme dengan menurunkan reabsorpsi atau fungsi untuk mempertahankan komposisi air serta garam dalam cairan tubuh. 

Ginjal akan mengeluarkan kelebihan garam dari tubuh melalui air seni. Saat membuat jalan keluar dari tubuh, natrium akan menarik air dari darah, yang membuat Anda tergerak membuang air kecil lebih sering.

Tapi ditengarai efek diuretik kopi tidak melulu terkonversi melalui air seni. Ditemukan pelaku olahraga yang sering mengkonsumsi kopi sebagai doping alami mereka di awal latihan mendapati selain detak jantung mereka meningkat, cairan keringat yang dihasilkan juga lebih banyak. 

Apapun pendapat atau kemungkinan yang mungkin terjadi, kafein mengurangi cairan tubuh adalah isu serius. Secara hitungan kasar, ada  perbandingan yang cukup populer, kendati harus disikapi secara lebih teliti, bahwa "segelas kopi dapat mengurangi cairan tubuh tiga kali lipat dari porsi gelas yang sama"

Mungkin banyak yang mengira minum air tiga gelas pasca minum kopi segelas akan menambal kekurangan yang terjadi. Mekanisme tentu tidak semudah itu. Cairan yang ditarik paksa diperkirakan mempengaruhi keseimbangan harmoni cairan di level paling mendasar, sel tubuh. 

Kita tahu bahwa persentase cairan dalam sel sangatlah dominan. Kekurangan cairan di level selular adalah isu yang sangat serius. Sekedar minum untuk tindakan menambal kekurangan itu rentan terlambat dan tak berfungsi. Sementara banyak sekali penyakit degeneratif serta kerusakan sel yang sangat mungkin terpicu dari sana.

Jangan heran bila peminum kopi yang rutin mengkonsumsi saat puasa terutama di jam sahur dan berbuka melaporkan banyak masalah kebugaran kesehatan selama berpuasa. 

Mulai dari rasa lemas, sensasi rasa kering di mulut secara berlebihan hingga elastisitas kulit yang dianggap berkurang drastis. Semua masalah ini umum dialami dan diasosiasikan dengan orang yang mengalami dehidrasi, kekurangan cairan. 

.



Comments

Popular posts from this blog

Tentang Ibu Saya & Kanker Paru-parunya

Salah Diet Ngakunya Healing Crisis

Jatuh Sakit Karena Apa Yang Kita Lakukan