Sakit Karena Apa Yang Kita Makan

 “Sky jangan lupa cuci tangan rajin-rajin, apalagi kalau mau makan” kata ibu saya mengingatkan. 

Beberapa hari belakangan dia sedang  gencar mengingatkan hal tersebut. “Kan lagi musim penyakit …” Dia menyebutkan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus, dan memang sedang banyak berjangkit di kalangan anak-anak. Setiap beliau ingatkan, saya selalu mengangguk patuh. Bukan karena takut durhaka semata, karena dia memang tidak salah. 

Higienitas adalah salah satu kunci menjaga kesehatan, terutama dari serangan bakteri, virus, dan parasit semisal. Sky, anak saya, memang tergolong sangat aktif dan sering pulang ke rumah dalam keadaan kotor setelah bermain dengan heboh.

Tapi ada satu hal yang beliau sedikit alpa sampaikan dan sebenarnya tidak kalah pentingnya, perawatan kesehatan. Sisi ini aslinya lebih krusial dan lebih vital terkait kemampuan manusia menghadapi kehidupan dan lingkungan sekitar. 

Dengan kata lain kemampuan tubuh menghadang ancaman luar seperti jasad-jasad renik tersebut tadi.


Daya Tahan Tubuh Luar Biasa Tangguh

Saya sudah sangat sering menyinggung, sejatinya manusia memiliki sistem pertahanan tubuh yang luar biasa kuat. Bahkan canggih! Saat Anda membahas sistem pertahanan rumit sebuah negara adikuasa yang terkonsentrasi pada teknologi canggih, penguasaan data lawan, persenjataan yang terintegrasi pada satu komando, hingga banyak hal bisa dikerjakan hanya dengan menekan sebuah tombol sekalipun, sebenarnya tubuh Anda sudah memiliki hal demikian.

Saat jasad renik mencurigakan memasuki tubuh Anda, sistem pertahanan langsung siaga. Pertama tubuh akan menyiapkan ‘medan perang’ yang ideal bagi pasukannya. 

Lalu semacam pasukan perintis dikirim menghadang, sebagian melakukan perlawanan, sebagian mendeteksi karakter ‘musuh’ yang masuk. Data hasil deteksi itu dianalisa otak dan diproses. Lewat proses tersebut data dicocokkan dengan memori yang dimiliki, apakah sudah pernah masuk, atau ini lawan yang sama sekali baru. Formula senjata pelumpuh disiapkan untuk itu. 

Bila datanya sudah terekam, tinggal mengaktifkan senjata lama yang pernah dibuat untuk lawan sama. Bila lawannya baru, disiapkan formula baru yang bisa diuji cobakan melawan. Kemudian pasukan kedua datang, tidak lagi sekedar menghadang, tapi kini bertugas membuat musuh jadi pecundang. 

Tapi bila gagal, data akan kembali dianalisa otak, dan pasukan serta formula baru datang menyerang. Begitu terus, hingga lawan menjadi lumpuh. 

Jika itu sudah terjadi pasukan baru datang untuk ‘memangsa’ lawan yang sudah lumpuh. Dibungkus dengan lendir, lalu siap dibuang keluar jauh-jauh. Proses ini bisa memakan waktu 4-5 hari hingga 1-2 minggu, bergantung kondisi daya tahan serta kekuatan ‘musuh’ yang masuk ke dalam. 

Tapi dari sini kita bisa menilai sesungguhnya betapa canggih dan tangguh sistem pertahanan tubuh


Daya Tahan Lemah Terhadap Pengkhianatan

Tapi semua proses itu membutuhkan kondisi tubuh yang prima serta sistem yang terpelihara baik. Bila tidak, tentu malfungsi bisa terjadi di sana-sini.  Dan saat malfungsi terjadi, tubuh rentan lemah diserang oleh beragam masalah lalu menjadi penyakit.

Mengapa bisa malfungsi? Umumnya karena sabotase yang dilakukan oleh pemilik tubuh sendiri. Mulai dari makan minum sembarangan, istirahat yang tidak teratur, kemalasan dalam bergerak, hingga, dalam skala lebih kecil, dirongrong oleh gangguan psikologis terus menerus. Daya tahan tubuh boleh jadi tangguh, tapi dia lemah dalam menghadapi sabotase atau pengkhiantan dari dalam. 

Yang paling umum menjadi masalah adalah makanan. Sistem pertahanan tidak berdaya saat musuh masuk dari makanan yang secara ‘suka rela’ disantap pemilik tubuh. 

Makanan yang dimasak atau diproses terlalu lama, makanan yang tidak sesuai dengan karakter sistem cerna, makanan yang unsur-unsur hidup yang bisa dimanfaatkan tubuh telah menghilang, minuman yang malah menguras cairan tubuh, minuman yang memberatkan sistem pencernaan, dan lain-lain.

Belum lagi bicara sabotase di sisi konsumsi obat berlebihan yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Semisal, medan perang sempurna bagi pertahanan tubuh adalah saat suhu tubuh ‘dibuat’ menjadi demam 38 – 40˚ celcius. 

Tapi karena alasan kepraktisan atau edukasi salah kaprah, saat suhu tubuh meninggi, segera diminum obat anti demam yang berkhasiat menurunkan suhu. Medan perang ideal bagi sistem pertahanan tubuh dirusak oleh tindakan pengobatan yang berlebihan.


Kita Dilemahkan Kebiasaan Makan

Sky, anak saya, sendiri pernah diserang sakit akibat virus yang sedang mewabah di awal tulisan ini. Tapi saya tahu persis tersangka utama, bukan karena keaktifannya dalam melakukan banyak hal hingga terpapar oleh sang virus. 

Gara-gara utamanya adalah kelalaian saya dalam menjaga pasokan makannya. Saat bayi, ia hanya mengenal ASI, kemudian buah dan sayuran segar yang dimakan dengan beragam cara. Daya tahan tubuh terpuji dan sangat tangguh dalam fase ini. Kemudian saya mendapatkan kiriman satu paket daging ikan segar, yang terkenal mahal, dari satu daerah di Indonesia. 

Saya terpikir untuk memberikan santapan protein hewani pertama bagi Sky dengan produk spesial ini. Lalu ikan tersebut saya panggang dengan cermat sebelum diberikan pada Sky. Ia makan dengan lahap produk yang baru dikenalnya ini. Maklum sensasi baru bagi lidahnya.

Apa lacur, tidak lama kemudian ia diare, dari mulai yang lunak, cair, hingga berupa cairan belaka. 


Dengan frekuensi yang lebih jarang, ia pun muntah-muntah. Puji Tuhan untungnya saya tergolong teliti memperhatikan makanan-minuman yang jadi menu hariannya. Saya segera bisa memetakan akar masalah ada di mana? Dengan segera semua pola makan yang memberatkan sistem cernanya dihentikan. 

Ia dikembalikan ke ASI sebanyak mungkin dengan tambahan jus buah serta sayuran segar. Saya juga menambahkan #AirKangen bersifat basa sedang (PH 8.5)  untuk menghidrasi tubuhnya. Ibu saya memang memaksa untuk membawa dia ke dokter anak keluarga kami. 

Dari diagnosa terdeteksi bahwa Sky mengidap serangan virus yang dibahas di awal tadi. Tapi saya tidak panik, dan yakin bahwa sistem pertahana tubuhnya sedang bekerja keras membuang masalah tersebut dari dalam tubuhnya. Saya hanya perlu memfasilitasi dengan cairan yang cukup serta tepat, juga makanan yang sesuai kebutuhan tubuhnya tapi tidak memberatkan kerja. 

Puji Tuhan, dalam waktu 4-5 hari masalah serangan virus itu mereda. Bobot tubuhnya memang susut cukup banyak. Tapi Sky pulih dan aktif seperti sedia kala dengan kecepatan yang mengagumkan. 

Serunya lagi, itu dilakukan dengan perawatan rumah serta tanpa mengkonsumsi obat apapun. Kebetulan dokter anaknya juga mendukung gerakan rasionalisasi untuk medikasi, jadi memberikan obat adalah hal terakhir yang dia sarankan. 

Semoga dari tulisan ini kita bisa memahami, bila Anda merasa memiliki vitalitas yang buruk, energi tubuh fluktuatif, mudah lemah, dan gampang sekali tertular penyakit, atau bahkan telah memiliki peyakit parah. 

Cobalah mengkoreksi pola makan Anda. Karena daya tahan dan kemampuan penyembuhan mandiri tubuh paling mudah dirusak oleh kebiasaan makan sehari-hari.


Comments

Popular posts from this blog

Tentang Ibu Saya & Kanker Paru-parunya

Salah Diet Ngakunya Healing Crisis

Jatuh Sakit Karena Apa Yang Kita Lakukan